Dalam Dunia Kita - kali ini akan Memberikan Cerita Sex Tentang Cerita Dewasa Ibu Dan Anak Di Embat Juga,langsung saja kita simak - Aku adalah seorang karyawan di sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang beverage. Posisiku sudah lumayan tinggi, yaitu sebagai General Manager sehingga aku mendapatkan fasilitas perumahan dan sebuah mobil sedan. Aku masih lajang sehingga sehabis pulang kerja hobiku jalan-jalan cari pengalaman dan Dewasa Ibu Dan Anak Di Embat JugaCerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 11 malam, mobilku menabrak seorang anak yang digandeng ibunya sedang menyeberang jalan. Untung saja aku cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya tidak parah hanya sedikit saja dibagian pahanya. Ketika aku tawarkan untuk ke rumah sakit, Ibu itu menolak dan katanya lukanya tidak parah.“Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana rumah Ibu?”“Nggak usah den, si Mbok nggak usah diantar”.“Kenapa Mbok, inikan sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?”Si mbok ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan ketika dia mau menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil sambil membawa bekicot.“Ini Mbok bekicotnya, biar luka Mbak Tika cepat sembuh”.Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu, memecahnya dibagian ujung dan mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Tika. Tapi, Setelah selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Tika dan adiknya mau pergi. Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha untuk mengantarnya pulang.“Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Tika jalannya pincang”.“Ngaak usah den, simbok..”.“Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan Tika Mbok..”.“Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan”.Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku putuskan untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus terang aku kasihan kepada mereka.“Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku”“Tapi ndoroo..”.“Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak Tika”.Dari informasi yang aku dapatkan didalam mobil selama perjalanan pulangp, simbok ini ternyata ditinggak suaminya saat mengandung adiknya Tika, yang akhirnya aku ketahui namanya Intan. Simbok ini yang ternyata namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan anaknya si Tika umurnya 14 tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Tika sempat lulus SD, sedangkan Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas sampai dirumah, Mbok Inem dan kedua anaknya langsung aku suruh mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Tika dan Intan tidak membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap yang tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan Tika dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini. Besok yang kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana membelikan baju untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak bisa melihat ada orang lain menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.“Tika dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..”.“Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau Intan habiskan semuanya, karena Intan sudah 2 hari nggak makan”.“Boleh nduuk.., Intan dan Tika boleh makan sepuasnya disini”.*****Mulai dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam 1 malam setelah aku selesai nonton acara TV yang membosankan, aku menuju kekamar belakang untuk meneggok keadaan mereka. Ketika aku masuk kekamar mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat aku melihat daster Mbok Inem yang tersingkap sampai ke pinggang. Ternyata dibalik daster itu, Mbok inemku ini memiliki paha yang betul-betul mulus dan dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian depannya terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan kontolku yang masih perjaka ini langsung agak tenang, tanganku langsung bergerilnya mengelus paha mulus Mbok inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai menjilati ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Aku sempat mau muntah ketika mulai menjilati klitorisnya. Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD Mbok ku ini sobek dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas. Sedangkan yang bikin aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci. Setelah sekitar 13 menit aku jilati clitnya dan ternyata Mbok inemku ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu capek shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan kontolku dan mulai aku gesek-gesekkan di clitnya. Aku tidak berani melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. aku hanya berani mengocok kontolku sambil memandangi clit dan juga teteknya. Ternyata Mbok inemku ini tidak memakai BH sehingga puting payudaranya sempat menonjol di balik dasternya. Aku tidak berani untuk memeras teteknya karena takut Mbok Inem akan asyik-asyiknya aku mengocok kontolku, si Tika bangun dan melihat ke arahku. Tika sempat mau teriak dan untung saja aku cepat menutup mulutnya dan memimta Tika untuk diam. Setelah Tika diam, berhubung aku sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku. Tika yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil melakukan aktivitasku, aku pandangi si Tika, gadis kecil yang benar-benar polos, dan aku lihat sesekali Tika melihat mataku terus berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus berulangkali. Setelah sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan akhirnya “.. croot.. crrott.. croot..” ada 6 kali aku menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok inemku aku keluarkan pejuhku, si Tika menutup matanya sambil memeluk kedua kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan ternyata.., tikaku ini tidak memakai CD. Saat aku sedang melihat memeknya Tika, dia bilang..“Ndoro.. kenapa pipis di memeknya simbok”. aku sendiri sempat kaget mendengarnya.“Nduuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..”.“Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika mau pipis.. tapi Tika takut ke kamar mandi..”.“Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi”.Tika kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri juga pengen pipis, terus Tika aku suruh jongkok didepanku. Tika kemudian mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari memeknya. Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya selesai, Tika aku gendong dan aku dudukkan di pinggir ranjangku. Lalu aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya yang sampai ke pinggang.“Ndoro.. Tika belum cebok.. nanti memeknya Tika bau lho.. Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro yang bersihin memeknya Tika.. Tika bobok disini ya.. sama ndoromu ini..”.Kemudian Tika aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku ini. Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan juga payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus pahanya..“Ndoro.. kenapa mengusap-usap kaki Tika yang lecet..”.“Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..”.Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi Tika, gadis kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 14 tahun yang begitu polos, dan dia diam saja ketika tanganku mengelus-elus seluruh gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku terusin aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap rok yang dipakai Tika sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah dihadapanku seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir kemaluan yang masih belum ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang tadi itu lho dan juga agak Dewasa Ibu Dan Anak Di Embat Juga Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali aku pijit, pelintir dan aku tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya tikaku ini ukurannya nggak kalah sama ibunya.“Aduuh.. Ndoro.. memeknya Tika diapain.. Ndoro..”.“Tenang Nduk.. nggak apa-apa.. Ndoro mau nyembuhin luka kamu kok.. Tika diam saja yaa..”.“Inggiih.. Ndoro..”.Setelah Tika tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Tika.“Ndoro.. jangaan.. Tika malu ndoroo.. memek Tika kan bau..”.Aku bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku kocok-kocok dengan pelan. Tikapun mulai menggelinjang dan mengangkat-angkat pun mulai menyedot memeknya Tika dengan kuat dan aku lihat Tika menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri.“Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya Tika diapain sih ndoroo..”.Akupun tidak peduli dengan keadaan Tika yang kakinya menendang-nendang dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku sampai sobek disana sini. Dan akhirnya..“Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau pii.. piis dulu Ndoro..”.Dan tidak lama kemudian “Ssuur.. suur.. suur..”Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama kali ini kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul tikaku ini.“Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi pipis di mulutnya Ndoro.. pipis Tika bau ya Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. tapi Tika harus dihukum.. karena udah pipis dimulut Ndoro..”“Tika mau dihukum apa saja Ndoro.. asalkan Ndoro nggak marahin Tika..”.“Hukumannya, Tika gantian minum pipisnya Ndoro.. mau nggak..”.“Iya Ndoro..”.Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, Tika yang masih terlalu polos itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku lihat wajah Tika agak memerah. Setelah aku lepaskan kedua tangannya, aku sodorkan kontolku kedepan wajahnya dan aku suruh Tika untuk memegangnya.“Nduk.. ayo dipegang dan dielus-elus..!.“Inggih Ndoro.. tapi Tika malu Ndoro.. Tika takut Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk..”.Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut.“Nduk.. kontolnya ndoromu ini diemut ya..”.“Tapi Ndoro.. Tika takut Ndoro.. Tika jijik Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat Tika ngemut es krim.. ayo nanti Tika Ndoro kasih es krim.. mau ya..”.“Benar Ndoro.. nanti Tika dikasih es krim..”.”Iya Nduk..”.Tika pun jongkok diantara pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku mengenai giginya.“Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk..”.Sambil Tika mengoral kontolku, kaos lusuhnya Tika pun aku angkat dan aku lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang aku remas dengan keras.“Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu”.Sekitar 12 menit kemudian, aku rasakan kontolku sudah berdenyut-denyut. Aku tarik kepala Tika dan aku kocok kontolku dimulut mungilnya.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya “.. croot.. croot.. croot.. cruut..!”Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Tika dan hanya sedikit yang menetes keluar dari mulutnya.“Ndoroo.. pipisnya banyak banget.. Tika sampai mau muntah..”.“He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Ndoro..”.“Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Tika sampai nggak bisa telan.. agak amis Ndoro..”.Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir setiap hari aku fitnes. Menuku setiap hari susu khusus lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika. Jadi ya wajar kalau spermaku kental dan agak aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku kasih es krim rasa vanilla. Setelah habis Tika memakan es krimnya, dia aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja aku penasaran sebelum membobol selaput daranya.“Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti Tika pipis lagi lho Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. pipis lagi aja Nduk.. Tika mau lagi khan es krim..”“Mau Ndoro..”.Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk sedikit, tikaku meringgis.“Ndoro.. memek Tika diapain.. kok sakit..”Aku sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa mantap, aku tekan dengan keras. Aku rasakan ujung kontolku merobek selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya.“Ndoorroo.. sakiit..” Langsung aku peluk Tika, kuciumi wajah dan bibir mungilnya.“Nggak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Tika tenang saja ya..”.Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya.“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro.. ahh..” itulah yang keluar dari mulutnya Tika.“Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih…, aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,”.SAmbil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu perhatikan wajah imutnya Tika. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau aku lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja. Kedua kaki Tika pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.“Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..”.Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda tikaku sebentar lagi orgasme. Kepala Tika pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis. Aku yakin para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya pembaca kok megang-megang “itu” nya sendiri, hayo udah terangsang ya. Aku tahu kok, nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini.“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo.. ahh..”“Ndoroo.. Tika mau pipiiss.. ndoroo..”“Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..”.Aku peluk sebentar tikaku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya.“Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis dikasurnya Ndoro..”.“Tika malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..”.“Nggak apa-apa Nduk.. lugu sekali gadisku ini.. Ndoro juga mau pipis di kasur kok..”.Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan kontolku.“Ndooro.. Tika capek.. Tika mau bobok.. ndooroo..”.“Iya nduuk.. Tika bobok saja yaa..”.“Memeek Tika periih.. ndooroo..”.Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!”. Aku muntahkan pejuhku kedalam cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.“Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya Tika.., perut Tika jadi hangat Ndoro..”.“Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Tika bobok ya.., sini Ndoro kelonin..”.“Inggih Ndoro.., sekarang Tika capek.., Tika pengen bobok..”.Aku perhatikan memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Tika, si gadis kecilku. Aku dan tikapun akhirnya tertidur dengan pulas. Nikmaat.
Search Cerita Jilat Anus Bu Haji. "kata arman Singkat cerita, sekitar pukul 08 Flickr photos, groups, and tags related to the "sudah" Flickr tag Tapi lebih banyak aku menjilati dan menjulurkan lidahku sehingga memasuki lubang anus ibu sejauh yang lidahku mampu mencapainya Ditulis oleh arra maria Januari 5, 2020 Diposkan pada Cerita Sex, Cerita Sex Bergambar Tag: Cerita Bu Haji, Foto Tente
“ih anak ibu, kamu tuh nggak PD banget sih Liat tuh di cermin, hmm cakep kan Perempuan mana sih yang nggak mau sama kamu”“ ibu mencubit kedua pipiku dan mengarahkan wajahku kearah cermin lebar di salahsatu dinding ruangan. “iih ibu, bikin GR aja”.,” aku berpaling kearahnya dan mencubit, bukan di lengannya seperti kebiasaanku kalau bercanda. Tapi di pantatnya, cukup keras karena aku gemas juga. “auuuu . sakit sayang!!” ibu menjerit, menatapku lucu sambil memonyongkan bibirnya, “hehehe … ibu cantik deh kalau monyong begitu,” candaku. Tangan ibu meraih remote control audio dari atas meja kerjanya. Menyalakan audio ruangan itu, dan jadilah kami berdansa pelan diiringi beberapa symphony bethoven & mozart yang romantis. Aku memeluk pinggulnya dan ibu mendekap erat dadaku keatas sehingga otomatis dada besarnya tersaji sedikit dibawah daguku. Bu Siska memang lebih tinggi 3-4cm dari aku. Entah karena romantisnya dansa kami atau gerakan ibu yang kadang menggoyang dadanya itu, penisku yang sedari tadi tidur itu mulai beranjak bangun dan mengeras hingga menimbulkan cembungan yang rupanya dirasakan juga oleh Bu Siska. Tapi ia diam saja, saat aku membuka mata malah kulihat ia terpejam seperti menikmati suasana itu. Pinggulnya justru semakin sengaja digerakkan menggesek cembungan ditengah selangkanganku itu. Aku bingung harus bagaimana, apalagi aku adalah tipe pria yang cepat sekali terangsang. Biasanya kejadian semacam ini hanya berlangsung sesaat saja dan ibu biasanya langsung mengelak kalau menyadari aku mulai terangsang. Tapi inikali berbeda, ibu malah semakin membiarkan dadanya menggencet ketat di dadaku. Adakah ini berarti Bu Siska juga sedang birahi” Sudah beberapa bulan hampir setahun setahuku ibu tak mendapat sentuhan lelaki. Ditengah batinku bertanya-tanya tentang keanehan itu, tiba-tiba ibu membuka matanya. Lalu entah apa yang menggerakkan wajah itu mendekat ke arah bibirku. Aku masih penasaran dan bingung, kukecup pipi kirinya, namun wajahnya seakan mengarahkan gerak yang lebih sensual dari biasanya, telapak tangannya kini mendekap kedua pipiku. Aku terdiam, memejam, dan hanya sesaat setelah itu kurasakan sebuah kelembutan menyentuh bibirku, aku pasrah saja tak berani menolak, tapi tak hanya sampai disana. Sekujur badanku merinding merasakan gejolak aura lidahnya yang berusaha memasuki rongga mulutku, bibirnya menjepit bibirku. Aku biarkan saja ketika bibir itu kini berhasil menjepit dan menyedot lidahku. Pikiranku masih berkecamuk antara percaya atau tidak terhadap apa yang kami lakukan saat ini. Bu Siska sudah mulai mendesah, terdengar nafasnya mulai memburu. Dekapan tangannya di kepalaku sudah terlepas, entah kapan dan aku tak menyadari ketika membuka mataku, belahan jas kerja Bu Siska ternyata sudah terbuka, sebelah tangannya menuntun tanganku kearah gundukan payudara berlapis BH putih berenda yang ukurannya my God, diatas rata-rata! “ Bu …. mmm,” aku mencoba bicara namun secepat itu pula ia kembali menyumbat mulutku dengan sebuah ciuman. Dan lebih ganas dari sebelumnya, Bu Siska sudah tidak lagi menahan desahannya. Kali ini ikat pinggangku ia lepaskan, lalu zipper celana sekolah itu dan tasss”.celana abu SMA itu melorot sampai setengah paha. “Ibu …. please”.,” aku kembali bicara. Tapi tanganku malah memberi remasan lembut pada buah dadanya. “terussskan sayang aaauuuffffhhh”..,” hanya itu yang terdengar dari desahannya yang semakin keras saja. Aku jadi tak berani lagi bicara, kubiarkan ibu bertambah liar dengan melukar pakaianku. Dan kalaupun aku mampu menolak, hal itu tidak akan aku lakukan. Karena beberapa saat kemudian otakku mulai dikuasai oleh egoisme birahi yang seakan bersorak; “Ayo, Bud, setubuhi perempuan cantik didepanmu!!! Bukankah selera seksualmu lebih besar pada wanita paruhbaya seperti ini”“““ Dan kapan lagi kamu akan membalas jasa Bu Siska yang telah memberimu kehidupan mewah seperti ini”““ Petanyaan-pertanyaan tadi seperti menuntun tanganku untuk lebih jauh menuruti nafsu Bu Siska yang sudah pasti tidak dapat lagi dibendung. Dan seperti mencari pembenaran atas kejadian itu, batinku yang lain menjawab; “sudah lah, Bud. Nikmati saja. Bukankah kamu juga tak kalah sayang pada Bu Siska… Kamu juga mencintainya kan …. Lupakan sejenak istrimu itu, dua lebih baik daripada satu dan yang ini adalah kunci masa depanmu!!!” Aku tak mampu lagi berpikir logis, segala bayangan tentang Rani hilang entah kemana, yang ada kini adalah kemolekan tubuh calon mertuaku, ibu angkatku yang mungkin juga akan segera jadi kekasih gelapku!!! Pakaianku terlepas sudah seluruhnya, entah kapan Bu Siska mempretelinya dari tubuhku. Aku telanjang dan terduduk di sofa panjang ruang kerja yang luas itu. Kupejamkan mata, tak berani melihat Bu Siska yang baru saja beranjak dari mengunci pintu ruang kerjanya. Dan bak penari striptease, dari arah pintu ia berjalan sambil melepaskan satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya. “…… Uhhfff”. kini aku yang terbelalak, sebelum melepaskan roknya, Bu Siska sudah melepas celana dalam putih, dan sesampainya didepanku dengan sekali langkah tubuh montok dan sedikit gemuk itu terpampang jelas di depanku. Ia berjongkok tepat dihadapan tempat aku duduk, lalu kembali memeluk. Kali ini aku yang menyambut dengan ciuman penuh kerinduan. Kunikmati bibir Bu Siska yang terus mendesah. Tanganku meraba dan sesekali meremas bongkahan payudara besarnya. Memilin putingnya bergiliran, lalu mencium dan menjilati lehernya. “aaauuuuhhh …. sssssshhhhh aaaahhhh….hmmmmm….. oooohhhh..terussss saaayaang..ohhhh,” hanya desahan itu yang bisa diucapkannya. Tangan kiri Bu Siska meraih batang kemaluanku dan meremas lembut. “ooooohhhh..Bu..ssshhhh….aaaauuhhhh,” desahanku juga mulai keras. Dan kami semakin liar. Kutarik tubuh ibu ke sofa. Ia berbaring sambil tersenyum, sepertinya mengundang aku untuk segera memuaskan dahaga asmara yang sesungguhnya terlarang itu. Baiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis untuk dipuasi oleh calon menantu sekaligus anak angkatnya ini !!! Akan kusetubuhi engkau dengan keras!!!! Dan sekarang terimalah birahi anak angkatmu ini!!! Bersiaplah untuk menampung cairan sperma yang biasanya hanya ditampung oleh anakmu!!! “Ayo…… sayang, kemari, sentuhlah ibu, ibu mau sayang ayooouuuhhh..” kali ini ibu memohon agar aku segera menindihnya. Tapi nanti dulu, bukankah ibu mau dipuaskan lebih dari apa yang saya berikan pada anakmu. Aku meraba pangkal paha Bu Siska, sudah basah dan becek disana, kasihan ibu angkatku ini, mungkin delapan bulan ini pemenuhan birahi tak sebanding dengan produksi sel telurnya. Aku merunduk disitu dan dengan buas langsung membuka pahanya, menjulurkan lidahku dan menjilat permukaaan vagina yang berbulu sangat lebat itu. “Oooowwwhhhhh … yessss….. sayaaangggg …. aaaahhhh….. sshhhhhhhh,” Jari-jariku sibuk mengucel-ucel bibir kemaluannya, lidahku terus menusuk-nusuk dan membelai dinding kemaluan wanita paruhbaya yang ternyata tak kalah menariknya dengan istriku itu. Sesekali bibirku menggigit pinggiran bibir kemaluannya yang cembung dan gemuk, memberikannya sensasi kebuasan birahi anak angkatnya yang polos ini. “aaaauuuuwww ….. uuuoooooooohhhh geliiiiiiii …. Sssshhhh …. Naaakaaallll …. kamu sayang ….aaaaaaahhhhhhh,” jeritnya saat aku menggigit biji klitorisnya yang membengkak karena rangsangan hebat itu. Aku tak peduli lagi pada teriakan histerisnya, aku yakin dinding ruangan itu sedemikian tebalnya sehingga kalaupun ada yang menembakkan pistol disini pasti akan terdengar sayup-sayup saja. “oooooohhh ….. yeeesshhhhh …… gigit sayang oooohhh gigit lagi yyyyaaaahhh” ia malah minta aku meneruskan mengulum biji clitorisnya. Aku asik saja, cairan yang terus semakin deras mengalir dari liang vaginanya habis kusedot dan kuminum. Seperti daerah vagina milik Rani, kemaluan Bu Siska juga tampak sangat terawat. Tak tampak noda kotor setitikpun pada bagian itu. Hanya saja baru kali ini aku mengetahui bahwa ternyata lebatnya bulu kemaluan Bu Siska membuat penialainku pada bentuk vaginanya lebih baik dari milik istriku itu. “Ayo sayang, setubuhi ibu sekarang, hooooouuuhhh …. ibu sudah ngga tahaan..,” pintanya memelas. Aku menuruti meskipun biasanya kalau aku melakukannya dengan Rani, tentu aku minta di-karaoke dulu sebagai imbalan aku menjilati vaginanya. Tapi kali ini aku canggung untuk meminta, karena dalam keadaan begini aku masih menaruh rasa hormat pada ibu angkatku itu. Kuambil posisi diatasnya, Bu Siska mengangkang, sebelah kakinya menjutai jatuh, sebelah lagi dinaikkan ke sandaran sofa. Kemaluanku memang sudah keras sejak tadi, kini sudah menempel dan siap masuk dan mengoyak bibir vagina Bu Siska. Telapak tanganku memegang kedua buah dada besar itu dan seketika ia menarik pinggulku mendekat. Lalu dengan keras aku menghujamkan penisku sejadi-jadinya dan “sreeeeppp …. bleesssss”. untuk pertamakalinya aku merasakan sensasi menyetubuhi wanita paruh baya yang selama ini mengasuhku itu. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh.,” jerit Bu Siska keras sekali sampai menghentikan tusukanku yang baru masuk itu. “uuuffff …. kenapa bu ?“ aku terhenyak juga. “punya kamu besar sekali, uuuuhhhh … ibu nggak pernah mengalami dimasuki segede ini saying … tapi coba yang pelan sayang, ibu agak nyeri,” katanya masih mendekapku. Sepasang kakinya mengikat pinggulku hingga penisku tertahan didalam. Kuberikan ia ciuman untuk merangsang nafsunya, bibirku menyedot putting susunya, dan beberapa detik setelah itu jepitannya melonggar. Tangannya malah menuntun pinggulku naik turun secara perlahan. Bu Siska mulai mendesah dan menikmati goyanganku. “Oooouuhhh …… sayaaaangggg ….. ooooouuhhh ….. besarnya aaauuuuff … tariiiikhh aaaaahh enaaaakkkhhhh“. “teeekaaaan lagiiihhh aaaahhhh niiiiikmaaaattttt”. “uuuuhhhh, yang pelan aja sayaaaaanggg ….. oooouuuffff “ ”.enaaaknyaaaahhhh … ooooooohhhhhh, saayaaaang” Tak henti-henti ia memuji kenikmatan dari penis besarku yang kini menggesek dinding-dinding vaginanya. Aku juga sebenarnya tak kalah nikmat. Apa yang selama ini kurasakan dari Rani memang enak juga, tapi sensasi kenikmatandari liang vagina dan tubuh montok Bu Siska memberiku pelajaran berharga bahwa ternyata kepiawaian dan pengalaman lebih mampu menciptakan sensasi kenikmatan yang lebih dahsyat ketimbang besaran liang vagina. Hehehe itu teori baru! Aku terus menggenjot dengan perlahan dan teratur, Bu Siska membuat suasana romantis dengan memberi ciuman mesra bertubi-tubi, mengulum bibirku dengan sepenuh hati. Matanya yang terpejam semakin mengguratkan warna kecantikan alami seorang ibu. Akupun terlena dengan pesona itu, baru aku sadar bahwa ternyata kecantikan ibu angkatku ini benar-benar luar biasa, bahkan kalau mau jujur, Bu Siska jauh lebih cantik dari kedua anaknya. Rasa nikmat dari pertautan kelamin kami terus menjalari seluruh urat sarafku, memenuhi rongga sanubariku dengan berjuta kenikmatan biologis. Tak terasa waktu berlalu hampir tigapuluh menit. Pelukan kaki dan tangan Bu Siska di pinggangku yang semakin erat dan tiba-tiba itu menunjukkan tanda sesaat lagi ia akan mencapai orgasme. “uuuuuuffff … sayaang, boleh hhhhhh … ibu … hhhh minta diatas”“ pintanya setengah mendesah. Aku mengerti dan segera menghentikan kocokan penisku di vaginanya. “ooooouuuuhhhh …. Baaaiiikkkk …. Aaahhhh …. Bu,” Kali ini aku yang berbaring, Bu Siska langsung mengangkangi pahaku, liang vaginanya yang sudah becek itu menganga tepat diatas kemaluanku yang mengacung-acung seperti tak sabar ingin segera masuk. Punggungku bersandar pada sandaran sofa sehingga dengan mudah mulutku meraih putting susu Bu Siska yang sedang berusaha memasukkan kembali penisku kedalam vaginanya. Saat sedang asik meremas dan menghisap putting susu Bu Siska itulah dengan cekatan ibu menggenggam penisku dan mengarahkannya tepat di bibir kemaluannya dan sreeep bleesss”.. “aaaaahhhhh ….. nikmatnyaaaaakkkkkhhh …… aaahhhh ….saaa yaaanggg ….. ooouuhh..” “mmmmhhhhh ….. ibuuuu ….. aaaaauuuhhhh …..enaaaakhhhh …. Ssshhh” jeritku tak kalah seru dengan jeritannya. Bu Siska yang kini asik menaik turunkan pinggulnya untuk meraih kenikmatan dari gesekan relung kelaminnya. Sesekali gerakannya berubah dari turun naik menjadi maju mundur, lebih nikmat lagi saat ia memutar-mutar dengan poros kelaminnya yang terpaut dengan penisku. Alangkah sensualnya ketika aku melirik kearah kelaminku yang terjepit bibir vagina Bu Siska yang ikut keluar masuk dan membelai, vagina itu penuh sesak oleh buah pelirku yang berukuran diatas rata-rata itu. “hooohhh …..saaayannng …… kamuhhhh masih aaahhhh lama aauuufff sayaaaang ?“ “Iyaaah Buuuhhh, ooohhh kenapaaahhh, aaaahhh, enaaakkkhhh ooohhh,” “Ibuuu … ooooohhh sudaaahhhhhhh … mmmmmhhh ngggaaa … . kkkhh .. tahaaan … ooohhf yeeessss …ooooohhh …. punyaaaahh kaaaamuuuhhh mennnntthooookkhhhh ….. aaauuuhhhh ibuuu ngggaaaaaa … aaaaakkkhhhh” “tahaaannnnn …. Oohhh … ohhh …. Ooohh …. “ “ooohhh …. Yyaaa …. yaaa.. u h uuhhh .. ibuuuu …. Ngaaa …. Taaaahhhh … haaaann .. oooooooo ooohhh” lolongnya panjang sekali seketika itu tiba-tiba Bu Siska menggenjot keras sekali, semakin cepat, dan rupanya ia mengalami orgasme yang begitu dahsyat. “Reeeeeeeemeeeeshhh …. Suuuuusuuuu … iiiibuuuu sayaaaanngggg .. ooouuhhhh, remassh terussshhhh Buudddiiii …. Aaahhhhh ….ennaaakkkhhh iiiibuuuu nggaaaaaa taaaaahaaannn” “ibu keluuuuuaaaarr..keeeeeeeeelllllluuuuuaaarrr …. hhhhaa aaahhhhhhh …. yesssssshhhhhhh,” jeritan panjang diiringi hempasan keras pangkal pahanya kearah penisku. Aku yang sudah tahu hal itu dari kebiasaanku dengan Rani segera memberikan remasan yang keras pada kedua buah dada Bu Siska. Kira-kira semenit kemudian badannya jatuh menimpaku. Nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya lemas lunglai terkapar sudah. Kelaminku yang masih mengeras mengganjal dalam vaginanya yang banjir. “ooouuhhhh ….. sayang, kamu belum keluar ya ? Maapin ibu ya, Bud. Ibu egois, maklum sudah delapan bulan lebih ibu tidak merasakannya,” Bu Siska mulai berbicara setelah nafasnya agak teratur. “Nggak apa-apa Bu, yang penting ibu puas dulu,” aku menciumnya “Jangan gitu dong, sayang. Beri ibu kesempatan beberapa menit lagi ya ?” “Ibu akan buat kamu puas sebentar lagi,” ia balas mencium mesra. “Kamu kok bisa lama ya, saying ? Ibu nggak nyangka kamu sekuat itu,” “Ngga tau deh, Bu, mungkin karena saya suka dan sayang ibu kali ya”“ “ahhh …. Masa ? Bisa aja kamu, sayang, benar kamu suka sama ibu ? Suka apanya ayo ? “Suka yang ini,” jawabku singkat sambil menerkam buah dadanya. Mungkin benar karena buah dada ini aku jadi begitu semangat, ukurannya yang besar dan ranum dengan bentuk yang sangat menantang itu membuatku jadi merasa lain saat ini, apalagi dengan “penemuan” bahwa ternyata wajah ibu jauh lebih cantik dari kedua anaknya itu. Atau aku memang punya selera yang lebih pada wanita STW seperti Bu Siska. Gara-gara sensasi STW itu, tanpa sadar penisku bangkit lagi, berkedut-kedut didalam sana. Ibu rupanya merasakan juga. “Say, bangun lagi tuh … Ibu sudah siap nih, yuk,” ajaknya seraya melepas gigitan vaginanya pada penisku. “Cropss”aku terhenyak. “Duuuhhh …. besarnya sayang, pantas tadi punya ibu rasanya hampir robek,” ujarnya sambil menggenggam batang penisku. Ia terus memujinya dan mengocok lembut. “Ayo dong, Bu, nggak tahan nih,” ajakku. Aku berdiri dibelakangnya, maksudku agar Bu Siska menunduk dan aku masuk dari belakang. Rupanya ia mengerti. Kakinya dilebarkan dan tangannya menjangkau sandaran sofa. Bu Siska menunduk dan tampaklah belahan vagina wanita paruhbaya itu menganga ke belakang. Sejenak aku sempatkan untuk menjilatinya, tak tahan dengan pemandangan yang menggoda birahi itu. “aaaduuuhhh sayaaang, ayo dong masukiiin, ntar ibu keluar lagi lho”“ aku tak menjawab, tapi langsung meraih pinggulnya dengan tangan kanan, tangan kiriku mengarahkan kepala penisku menuju liang vagina yang merah itu dan sreeeeppp”. “uuuuhhhh ….. kocok yang keras sayang, ibu mau yang keras aaaahhhhhh,” aku menuruti apa maunya, kusodok sekuat tenaga, kutarik hingga hampir lepas, Bu Siska memundurkan pantatnya seperti tak mau melepaskan penisku, tancap lagi terus begitu berulang-ulang sehingga menimbulkan decakan yang cukup keras, plaak..plak”plak”plak”sreeepp”.. plaak”.sreeep”crreeekkk”. Ada sekitar sepuluh menit kami melakukannya dengan posisi itu sampai ibu bilang lelah berdiri. Kuminta ia duduk santai dan bersandar di sofa lalu dengan segera kukangkangkan kakinya dan segera menusuk keras dalam posisi setengah berdiri. Tanganku sibuk dengan kedua buah dada besar itu. Sesekali aku menunduk agar dapat menjangkau susunya untuk menyedot. Bu Siska mendesis dan mendesah kegirangan. Cairannya semakin membanjir. “Aooooohhhh …. Yessshhh …. Yeeesss …. Yesss…. genjooot yaaang kerasshhh saayaaang,” “ooouuhhh buuu …. Iiiibuuuuu … aaauuhhh ennnnaaaakhhhnyaaaahhh …. ssshhhh, saaa yaaa … hhhhaaaaaahhh haaaammmmpiiirrr ooouuffff,” “iibuuuu juuuuhhhhhggggaaaaa aaaahhhhh haaampiiirrr saaaaa …..yyyyaaaaangg …. aaahh yyeeeesss …… oooohhhh niiikkkmaaaattttnyyyaaaahhhhh …. Yeeessss … yeeesss, ye eesss,” selama sepuluh menit kemudian akupun mulai tak dapat menahan, sarafku menegang, meluncur ke satu titik di ujung penis, dan “oooooohhhhhhhhh ……,” aku rebah menimpa ibu dan memeluknya, mengujamkan kemaluanku sejadi-jadinya. Mentok didalam sana hingga dasar liang vagina ibu dan berteriaak panjang. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa …… hhhhhhhh …. .yeeeee esssshhhhh …. keluuuu aaaarrrrr … buuuuuu ..oooohhhhh … yeeeeshhhhh …..oooooo oooooohhhhhhhhhh,” aku berteriak histeris sambil menyemprotkan banyak sekali cairan sperma kedalam vagina Bu Siska. Ia pun demikian. Kakinya menjebit keras, tangannya menjambak rambutku dengan geras, dan giginya mengatup rapat. “hhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaahhhhhh iiiiibuuuuu juuuu gaaaaaaaahhhhhh … keeeellluuuuuaaaarrrr … laaaaggggii ihooooooohhhhhhhh ….. yeeeshhhhhh ,” Ibu mendekapku erat, aku ambruk keatas tubuh montok ibu angkatku itu. Kami sibuk mengatur nafas masing-masing. Pelan-pelan kulepaskan penisku yang mulai melemas, Bu Siska masih memejamkan mata, kelelahan rupanya. “Luar biasa sayang!!” “Trims Bu, ibu juga luar biasa nikmat”.” aku menciumnya, lalu beranjak memunguti pakaian kami yang berserakan, kutumpuk diatas meja tamu ruangan. “Mau kemana sayang”“ “mandi, Bu. Penat,” “ibu boleh ikut”“ “Boleh,” aku mengulurkan tangan dan membimbingnya ke kamar mandi. “Kamu tadi benar-benar hebat,” tak habisnya dia memuji. “Pasti kalau sama Rani, bisa lebih dari itu ya”“ seketika Bu Siska menyebut nama istriku, aku jadi tersadar apa yang aku lakukan tadi. “Bu …. Please …. jangan sebut nama Rani dulu, saya masih shock,” “Eh iya, maaf .. Ibu juga nggak ngerti kenapa kita bisa seperti ini ya? Mungkin ibu yang terlalu sayang sama kamu sehingga ibu lupa kalau kamu adalah suami anak ibu,” katanya meralat sambil memberiku ciuman. “Nggak apa-apa Bu, saya juga tadi salah nggak bisa menahan nafsu, bagaimana kalau Rani tahu hal ini?“ kami masuk ke bathtube yang sudah terisi air hangat. Sambil berendam dan menyabuni tubuh montok Bu Siska. “ibu mau terus terang sama kamu, Bud. Tapi jangan marah ya ? Ibu harap kamu mau memenuhi permintaan ibu ini,” katanya, tangan Bu Siska menggenggam penisku yang menyisakan sedikit ketegangan pasca klimaks tadi. Sementara tanganku asik mempermainkan buah dadanya, bukan menyabuni, tapi meremas-remas. Gemas aku dibuatnya karena bentuk dan ukurannya. “Mana mungkin saya marah sama ibu, ibu kan sudah sedemikian baik sama saya. Apa mungkin saya akan menolak keinginan ibu “ “Tapi ibu mau ini datang dari hati kamu tanpa paksaan, Bud.” “Tentang apa sih, Bu ?“ “Tentang kita,” “Maksud ibu ?“ “Bud,” kini ia meraih tubuhku sehingga posisiku jadi mendudukinya, ibu memangku aku yang bersandar di dada bersusu besar itu. Aku menurut saja. “Sejak ibu punya masalah dengan mantan suami, ibu sangat mendambakan kehadiran pria yang benar-benar menyayangi ibu dengan tulus dan ihlas. Beberapa kali sejak mengetahui sumai ibu berselingkuh dengan wanita lain, ibu juga menjajaki kemungkinan untuk mencari pengganti. Tapi apalah mau dikata, tiga orang yang pernah berkenalan dengan ibu tak satupun memenuhi syarat lelaki yang setia,” Aku diam saja tak berani memotong. Takut ibu tersinggung. “Dan semenjak mengetahui kamu dan Rani sudah berhubungan jauh layaknya suami istri, ibu jadi semakin merasakan kebutuhan akan pria. Akhirnya ibu mengamati kehidupan kamu. Ibu mempelajari semua celah kehidupan kalian dan menemukan bahwa kamulah tipe lelaki yang paling sempurna di mata ibu.” “Jadi Bu …. Apakah ibu akan memisahkan kami ?“ sergahku. “dengar dulu sayang, ibu tak bermaksud sejauh itu, hanya saja, ibu ingin kamu juga membagi kasih sayang itu sama ibu,” ia mempererat pelukannya. Aku masih terdiam tak bereaksi. “ibu juga tak ingin merusak hubungan kalian atau melukai perasaan anak ibu sendiri,” “lalu apa yang harus saya lakukan Bu ?“ “untuk sementara, sebelum ibu menemukan cara terbaik, kamu mau kan merahasiakan hubungan kita ini dari istrimu “ “iya Bu, itu pasti, mana mungkin saya bisa mengatakan hal ini pada Rani, bisa bubaran saya”.,” “itulah sebabnya kenapa ibu mau kamu tinggal di Jakarta menemani ibu, terus terang ibu sangat memerlukan kamu, Bud,” sesaat kemudian kami terdiam, aku memikirkan hal ini. Aku memang sayang pada Rani, ia cinta pertamaku, orang yang membawaku kedalam dunia kedewasaan dan kami sudah bertekat akan menjalani kehidupan rumah tangga setamat Rani kuliah nanti. Tapi aku juga tak mengelak kenyataan bahwa pesona dan kecantikan calon ibu mertuaku ini begitu hebatnya, saat ini aku bahkan tak mau memikirkan hubunganku dengan Rani. Yang ada dalam benakku hanyalah mereguk kenikmatan dari Bu Siska seperti yang barusaja kami lakukan, aku bahkan tak ingin ritual nikmat ini berakhir cepat. Betah sekali rasanya berada dalam pelukan wanita paruhbaya ini. Dan yang terpenting adalah, bagaimana lagi aku harus membalas kebaikan Bu Siska yang telah membawaku kedalam kehidupan seperti saat ini. Saat aku tersadar dari lamunan, tangan bu Siska telah menggenggam batang penisku yang kembali tegang. Barangku yang satu itu memang cepat sekali bangun, apalagi yang menyentuhnya adalah wanita idamanku ini. “ibu mau lagi ?“ aku menatapnya, “hek eh”.,” ia mengangguk senang. “ngga disisain buat Rani ?“ “hmmm, ibu tahu kamu mampu sampai enam kali sehari, jadi ibu yakin, sesampai di rumah nanti, pasti kamu main lagi sama istrimu, iya kan”“ “koq ibu tahu sih”“ “kan sering ngintip kamu ama Rani”..,” “haah … Jadi …. Ibu lihat apa aja”“ “banyak, dari gaya kalian, samapai berapa lama dan berapa kali sehari”,” Gemas juga aku dibuatnya, dengan sekali gerak aku berbalik menghadap ibu dan langsung menyerbu buah dadanya, ibu menjerit, aku tak peduli “aaaampuuun geliii sayaaang, aaauuuhhh”“.,” “rasain ! Ini untuk ulah orang yang suka ngintip,” Kukenyot keras buah dadanya bergiliran, kiri, kanan, kiri, kanan terus begitu, sampai menimbulkan bercak merah cupang mulutku. Bu Siska hanya bisa kelonjotan sambl teriak-teriak. Kupaksa ibu berdiri membungkuk, lau dengan segera setelah kudapati liang vagina merah itu terkuak, langsung kucoblos dan bleeessss”.. aku segera mengocok keras. Bu Siska semakin kelonjotan. Sengaja kubuka kran shower, kami main sambil berdiri ditengah guyuran air …. Ahhhh nikmatnya ibu angkatku. Dan seperti sebelumnya, aku keluar setelah membuatnya orgasme dua kali. Kemudian kami kembali ke ruang kerjanya, setelah mengeringkan badan, dengan mesra aku membantu Bu Siska mengenakan pakaian kerja jas biru tua dan rok bawahan berwarna putih itu. Entah kenapa, ketika hendak membantunya memasang CD, ibu menolak dan langsung membantu memasangkan pakaianku yang tercecer di meja kerjanya. “dasar maniak, lutut ibu rasanya mau patah,” gerutunya dengan wajah lucu. “siapa yang mulai ayo”“ jawabku sekenanya sambil meremas buah dadanya. “iiihhhh ngeriiii”“,” Ibu menjerit kecil saat tangannya balas menggenggam punyaku. “tahu rasa!!!” aku mengecupnya. Bu Siska melangkah kedepan cermin lebar dan merias kecil wajahnya disana, kupandangi wanita itu dari belakang. Luar biasa! Tubuh yang kini terbungkus rapi pakaian kerja itu tampak begitu “menghebohkan!”, masih kuat bayangan bagaimana sesaat yang lalu aku menggumulinya, menindihnya, menggoyangnya, menusuk-nusukkan penisku dalam vaginanya yang oh my God, luar biasa nikmat! Tak sadar bayangan vulgar dibalik gaun itu kembali mengundang gelak birahiku. Niat nakalku muncul, bagaimana sensasinya kalau sekarang kusetubuhi Bu Siska dengan tanpa melepas penutup tubuhnya itu” Ah rasanya pasti lebih nikmat, dan tanpa penetrasipun vaginanya masih becek oleh dua kali tumpahan spermaku yang menyembur sepuluh menit yang lalu” “Buu”..,” panggilku “hmmm”“ ia menoleh, ah cantik sekali. Aku mendekat dan memeluknya dari belakang, kutuntun ia berjalan kearah meja kerjanya. Sampai disana ibu masih belum sadar apa yang akan aku perbuat. “apaaan sih sayang”“ aku tak menjawab, sebelah tanganku sudah berhasil melorotkan celana dalamku sampai atas lutut. Dan dengan sekali dorongan lembut, posisi ibu yang membelakangiku menjadi membungkuk dengan tangannya bertumpu pada meja. Dan sebelum ia sempat tersadar dari ulah usil itu, aku sudah dengan secepat kilat menyingkap rok putihnya, dan yessss!!! Cdnya belum ia pasang sehingga aku langsung menempelkan penisku di bibir vagina Bu Siska yang masih saja mengalirkan cairan sperma sisa tadi. Breeesss”.creeepppp”.. “aaaooooooowww …. Budiiiiiii …. aaaaahhhhhhhhhh,” jeritnya histeris saat tanpa memberinya kesempatan aku langsung menggenjot maju mundur. “oooouuuufff …. Aaahhhh …. Ahhhhh .. ahhhh …. aahhhh, kkaaamuuu naaakaallll …. oohh yessss …. Mmmmmmm ….aaahhhhh …. aaammmpuuunnnn tuhaaannn … Buuuudiiiii aahhh ibuu nggaaakkk aaaaahhhh ngggaaak kuuuuaaaattt .. laaagiiiiiihhhhh,” Bu Siska terus menjerit, tapi tak mampu menolak goyangan pinggulku yang menghempas di permukaan pantatnya yang semok itu. Tanganku kedepan dadanya, meraih buah dada yang kini masih terlapis pakaian dan BH itu. “Ibu cantik sekali dengan baju dan rok kerja ini, saya jadi terangsang lagi, nikmati saja bu,” aku memberikannya sejenak jeda untuk mengatur nafas. “oohh uuuufff … awas kalau nanti Rani sudah tak lagi di rumah, kamu harus melakukannya dengan ibu enam kali sehari juga,” telapak tanganku menyusup lewat celah Bhnya, meremas disitu dan bergoyang maju mundur lagi. Kali ini dengan tenaga yang lebih kuat lagi sehingga bunyi keciplak pertemuan pangkal pahaku dan daerah sekitar vagina itu semakin terdengar nyaring. “oooohhh …. Ssshhhh …. Yeeessshhh …. Mmmmhhh …. enakhhh sayaaangg teruuussss oooh hhhh … ssshhhh …. genjot yang keras sayang oooohhh ibu mau sampai saaaayyaaangggg …. uuu uuuuuhhh …. mmmmmm aaahhhh … setubuhi ibu dengan kerasshhh sayaanggg ooohhh nikmaat nyaaaahhh …. oooohhh yessss yessss yessss yesss …. genjot sayang ayo teruuussss awas jangan lepaskan punyamu sayaaaaaaaaaaaangggg aaaaaahhhhh …. ibuuuu hammmmpiiiiirrrr”.,” vaginanya terasa menjepit nikmat hingga beberap menit kemudian terasa rahimnya menyembur. “oooooooohhhhhhhh …. yeeeeessss ibuuuu keluuuaaarrrrrrrrr aaaahhhhhhhhh, aaahhhh aahhh keluuuaaarrrr …. ooohhhh”“,” aku tak ingin berlama-lama lagi dan dengan penuh semangat aku berkonsentrasi agar secepatnya juga orgasme. “sayaaaa juga buuu oooohhh saya jugaaa aaahhhh aaaahhhh ..… aaaaaaaaaaaaahhhhh,” akhirnya beberapa kali semprotan yang keras dalam liang rahim Bu Siska mengahiri pertahananku. Kupeluk Bu Siska dan menuntunnya ke sofa. “Crooopp”.. lepas sudah penisku dari liang nikmat ibu angkatku itu, aku terduduk, Bu Siska mengambil CD yang tadi ia kantongi. “kan ada tissue Bu”“ “nggak sayang, ibu mau simpan bekas spermamu di CD ibu ini, supaya kamu nggak bisa lupa sama ibu, hihihi”..,” “ibu bisa aja,” aku menciumnya. Ibu membalas dan kami berdekapan lama sekali. Jam telah menunjukkan pukul 4 sore. Tak terasa sudah 3 jam lebih kami bermain. Aku lelah sekali. Kami santai sejenak minum energy drinks dari minibar Bu Siska. Tiba-tiba Hpku berdering, kulihat nomor Rani di monitor. “iya say”“ “nggak ini aku baru nyampe di kantor ibu, aku numpang ibu aja, kebetulan ibu minta bantuan buat beli tinta printer tadi, Jadi aku mampir ke Com center dulu,” seperti dugaanku, Rani pasti penasaran dan menelpon karena tak biasanya aku belum pulang sore hari. “Iya, ntar aku pesan sama ibu, kamu sehat kan say”“ “Iya, I love you too, daaaahh,” kututup HP. “Yeee ….. mesranya, Ibu jadi cemburu,” goda Bu Siska. “Eh, bu. Rani pesan sate senayan tuh, ngidam katanya,” candaku. “Wuiiihh ….. kamu pintar banget bo’ongnya … Kemarin kan Rani datang bulan, masa sekarang ngidam, weeekkk,” Ibu mengejek. “Iya iya tapi sate senayannya beneran lho,” “Ok, deh. Ntar kita mampir ke resto, yuuk dah sore nih, ntar istrimu cemberut lagi,” Ibu menarik tanganku ke arah pintu. Ternyata benar juga kata Bu Siska kalau aku ini memang hiper! Buktinya waktu di mobil, padahal aku Cuma ngelirik betisnya aja sudah langsung on! Jadi sepanjang jalan ke rumah, aku dipelototin terus oleh Bu Siska yang takut kalau mang sopir yang duduk di depan itu curiga pada ulah tanganku yang suka menyusup ke selangkangan ibu. Sampai dirumah, aku masih “on” gara-gara terangsang betis Bu Siska. Ketika Rani membuka pintu kamar, aku langsung menerkam dan menggumulinya. Dan jadilah aku bertempur untuk keempat kali dalam sehari ini. Luarbiasa, spermaku masih sanggup membanjiri vagina Rani sehingga ia tak curiga samasekali kalau sebagian besar spermaku sudah tumpah dalam rahim ibunya dari siang sampai sore ini. Dua minggu kemudian, aku dan Rani membuat kesepakatan tentang study kami. Tepat seperti yang diinginkan Bu Siska, aku tetap di Jakarta dan Rani menyusul Mbak Rina ke London. Otomatis hari-hari sebelum keberangkatannya tiba, aktivitas seksual kami meningkat tajam, setiap pulang sekolah, aku dan Rani langsung mengurung diri di kamar. Kami menumpahkan semua hasrat yang ada. Ibu malah sengaja menjadwalkan diri keluar daerah, sehingga di rumah hanya ada aku dan Rani. Lainnya para pembantu yang tinggal di kamar belakang kebun rumah kami. Jadi selama dua minggu itu pula aktifitas seks ku dengan ibu jadi tidak ada. Sebelum pergi ke luar kota, ibu malah berpesan agar aku puas-puasin dulu dengan Rani karena kami tak bisa mengantarnya ke London. Aku harus sibuk mengurus pendaftaranku di Universitas Indonesia. Hari terakhir menjelang keberangkatannya, aku dan Rani melakukan persetubuhan yang begitu romantis. Kami berdua berjanji akan memelihara benih kasih sayang. Rani malah bilang hanya kematian yang dapat memisahkan kami. Aku terharu sekali, sekaligus merasa berdosa padanya. Bagaimana tidak, sejak pertamakali bersetubuh dengan ibunya aku hampir setiap minggu pagi, saat Rani olahraga, Bu Siska selalu minta “jatahnya”. Aku bingung, satu sisi aku menyayangi Rani sebagai istriku, tapi disisi lain harus juga kuakui bahwa pesona dan kasih sayang Bu Siska padaku juga tak dapat kutolak. Sentuhan hati dan tubuh wanita paruh baya itu begitu membutakan mata hatiku. Namun sebagai manusia yang pragmatis, aku jalani saja keduanya. Mereka punya kelebihan masing-masing, Rani punya kemaluan yang menjepit sedangkan Bu Siska punya permainan yang kreatif, vagina empot-empot. Dua-duanya menyayangi aku. Hari minggu sore, Aku dan Bu Siska mengantar Rani ke Bandara. Dalam perjalanan, Rani seperti tak mau melepaskan pelukannya padaku. Dan saat memasuki ruang tunggu keberangkatan, ia menciumku sambil menangis. Setelah juga mencium ibunya, Rani berlalu sambil menunduk, aku melambaikan tangan hingga Rani menghilang dibalik pintu garbarata. Sampai hari ketiga sejak kepergian Rani, aku mencoba mengurangi perasaan gundah dengan menyibukkan diri, jadwal pendaftaran mahasiswa baru cukup membantu. Ibu membelikan aku sebuah BMW yang kukendarai sendiri kemana-mana. Siang setelah acara pendaftaran, aku berkunjung ke rumah teman-teman SMA seangkatanku. Sore hari aku pulang dan biasanya langsung menyendiri di kamar, memandangi foto-foto Rani dan aku yang memenuhi beberapa sisi kamar kami. Aku jadi banyak melamun di malam hari, padahal ujian tes masuk perguruan tinggi tinggal seminggu lagi. Bu Siska seperti mengerti kalau perasaan sedihku bulum habis, ia tak mau menggangguku. Kami hanya ngobrol waktu sarapan pagi, sebelum ia pergi ke kantor. Tapi lama-kelamaan aku jenuh juga, kupikir tak ada gunanya sedih berkepanjangan. Malam keempat, aku mencoba turun ke lantai dua, ke kamar ibu. Kulihat ia telah lelap tertidur pulas. Lelah dari seharian bekerja rupanya, aku mencium bibirnya. Kupandangi wajah manis yang kini tertidur lelap itu, cantik, elegan dan begitu menggoda birahi. Perempuan sempurna dengan buah dada besar yang telah berulangkali memberikan kepuasan seks berbeda dari apa yang kudapatkan dari anaknya. Yah, anaknya, anak yang lahir dari rahim melewati vagina yang begitu nikmat, yang terus terang saja mungkin terindah bentuknya dengan hiasan bulu-bulu lebat pertanda pemiliknya berlibido tinggi, bersih dan tentu saja terawat. Selalu mengundang nafsu untuk menyentuhnya, menmpermainkan jari di celahnya, menjilatnya dan memasukkan penis kedalamnya. Huuuhhhh”aku jadi tegang sendiri. Kubaringkan tubuhku di depannya, langsung mendekap. Ibu belum bereaksi ketika aku juga menyingkap selimut tebal itu, kupeluk tubuh bongsornya sambil menggesek-gesek buah dadanya yang hanya berlapis baju tidur tipis itu. Dengan lembut aku mengecup bibir sensual Bu Siska. “mmmmm …..hhuuuufff,” ibu membuka mata tersadar akibat ciumanku tadi. Ia balas mencium dan memelukku. “belum tidur sayang”“ “Ngga bisa tidur, Bu ,” “iya ibu ngerti .., jam berapa ini”“ tangannya menggapai switch lampu kamar di samping tempat tidur. Dan jelaslah sudah pandanganku. Bu Siska dengan baju tidur sebatas dada kini tergolek semakin merangsang. Kemaluanku sudah tegang dari tadi, sejak melihat buah dada ibu yang putih mulus dan besar itu. Aku langsung menjamahnya, melepas tali pengikat daster itu dan uhhh”.seperti bayi yang kehausan, aku langsung menetekinya. “kamu suka sekali susu ibu, sayang ?“ Bu Siska membelai kepalaku dengan lembutnya. Aku tak mampu menjawab, karena mulutku sibuk menggilir payudaranya kiri dan kanan. ““ssssshhhhh …. mmmmm..,” desisan Bu Siska mulai terdengar. Keciplak bunyi mulutku yang menyedot putting payudaranya berpadu suara nafas ibu yang mulai memburu. “tumpahkan semua nafsumu sama ibu, say. Malam ini ibu akan layani kamu sampai kamu benar-benar tidak mampu lagi …. Uuuhhhh …. Ssshhhhh …. ooouuuhhhh..,” Akhirnya memang pesona dan keindahan tubuh Bu Siska mampu membawaku menjauh dari ingatan kepada Rani. Wanita paruh baya itu kini benar-benar bak dewi asmara yang membutakan nurani. Tubuh bongsor dengan payudara besar itu terus mengundang lidah dan mulutku untuk menjelajahi centi demi centi setiap permukaannya yang lembut dan halus. Sementara pemiliknya seperti tak mampu mengeluarkan suara selain rintih dan desah nikmat yang terus saja mengundang birahiku untuk meraup semua kenikmatan seksual darinya. Bahkan ia yang jauh hari sebelumnya kutahu adalah wanita penuh sopan santun dan cenderung sedikit aristokrat , kini tak tanggung-tanggung lagi mengeluarkan semua kosa kata jorok untuk sekedar mengimbangi kenikmatan dari permainan haram antara anak dan ibu angkatnya ini. “Oooouuhhhh yeesssshhhh …. jilaatinnnnn memeeekk … ibuuuu sayaaang …. oooohhhh geliiiinyaaa ….. ooouuhhh yessss ….. tussssuuuukkk deeeengaaannn aaahhh jariiiihhh kamuuuhhh sayaaangggg oooohhhhh … …. Koooocooookkkkk ….. hhhhhhhhhh ooouuuuhhhhh …. kamuuuhhh senaaaaangggg …. memeeeekkkk uuhhhh ibbuuuu saaaayaaaaangg …. hhhhh”“ “iyaaaahhh buuuu, srupppp”..aku asik menjilati bibir vagina berdinding merah itu. “ooohhhh … yyyaaaahhhh iiiyyaaaahhh .. mmmmmmhhhhhh ..ibuuuuhhhh mauu uuuhhh .. Keluuu ….aaarrrrkkkkk … aaahhhh … sedooootttt … memee ekkk kuuuuuhhh ooohh seddddooootttthhhhh aaahhhh … ennnaaaakkkhhhh sayaaaaangggg” ibu menjerit histeris, pertanda orgasmenya tiba. Padahal baru 10 menit saja aku menjilati kemaluannya. Mungkin sedotanku yang keras dan bertubi-tubi pada clitorisnya yang menyebabkan ibu secepat itu. Pahanya menjepit kepalaku keras, sampai sesak nafasku dibuatnya. Hanya sesaat, lalu melemah dan aku kembali dengan perlahan menjilati cairan yang mengalir dari rahim ibu, kutelan habis seperti orang yang kehausan. “oooohhhh …. sayang, ibu nggak tahan, maaf ya ??? Sekarang giliran ibu yang memuaskan kamu. Sini sayang, ibu mau coba penis kamu” “iiihh ibu, jorok ngomongnya!” sahutku sambil mencubit. Tapi aku tak menolak saat ibu meraih batang kemaluanku mendekat ke arah wajahnya, kini aku berdiri di lututku, menyodorkan penis besar dan keras itu ke wajah ibu yang sudah menganga. Kedua tanganku malah berpegangan pada kedua belahan dada yang empuk itu. Sambil meremas-remas lembut. “kan sekarang ibu istri kamu … hmmm …” ibu langsung menyambut dengan mengulum batang itu, mengocok dengan jari-jari lentiknya dan “aaaaaaaaauuuh ibuuuuuuhhhh …. ennnaaakkkkhhh,” sreeppp”..prrrrrtttttt”..clik clik clik bunyi penisku yang disedot mulut seksi Bu Siska. “ooouuhhh … buuuuhhhh … ennaaakkk …. Oooohhhhh … ibuuuuhh hh .. hhhhhh .. yes sshhhhh … hhhhhhaaaaaaaooooooohhhhhh … yeeesssss … ooohhhh seddoooottthhhh tee ruuuusssshhhhhh buuuuu …. ibuuuuuhhhhiiiiibbbuuuuuhhhhhoooohhhhhhh,” jeritku tak henti menikmati permainan lidah ibu yang menggelitik permukaan tepat di bawah kepala penisku. Tanganku semakin keras pula meremas buah dadanya. Aku berteriak sambil mendongak ke atas, ibu terus menyedot sambil menatap tingkahku yang seperti orang kesetrum listrik ribuan volt. Wajah cantik itu semakin menggairahkan dengan mulut yang penuh sesak oleh penisku. Tiba-tiba crooop”ibu menghentikannya. “oouuhhhhfff … kenapa bu”“ aku yang tanggung. “ibu mau lagi .., nggak tahan liatin kamu keenakan sendiri” “ Baik bu,” aku langsung berpindah karena ibu melepaskan penisku dari genggamannya “ibu diatas sayang, biar kamu puas mainin susu ibu,” “ibu tau aja selera saya”,” “iya harus dong, masa sih ibu ngga mau tahu kesukaan kamu, kamu kan sudah sering memuaskan ibu, adil kan kalo sekarang ibu berusaha memuaskan kamu “ aku rebahan di tempat tidur, telentang dengan penis yang tegang mendongak. Sejenak ibu menggenggamnya dan memandang heran. “pantesan ibu merasa sakit waktu pertama kali kita main, ukurannya segede ini, hiiiihh ngeri aaahhh”..,” “tapi ibu suka, kan”“ “iya dong, kalo tidak suka, ngapain juga ibu minta terus, ayo ah, udah nggak tahan,” ia langsung berjongkok dengan paha tepat diatas pinggangku. Tangannya mengarahkan rudal besar dan panjang itu tepat ke depan bibir vaginanya yang berbulu lebat sekali. Ibu menurunkan pantatnya, penisku masuk dengan lancar karena kemaluan ibu rupanya masih becek sisa liurku dan air maninya waktu kujilat tadi. Ia sedikit membungkuk mendekatkan susunya ke wajahku, aku langsung meraih, sebelah kiri dengan tangan kananku dan yang kanan dengan mulutku. Ibu langsung menggoyang naik-turun. Matanya nanar membiaskan nafsu birahi yang begitu dahsyat, pantatnya menghempas pahaku yang menimbulkan bunyi keciplak becek kemaluan kami yang saling terpaut dan menepuk. “Auuuuffff … hmmmmm enaakknyaahhh sayaaang …ooohhhh ,” “iyaaahhhh …. Buuu .. ssshhhhhh ooohhh .ibuuuuu ibuuu oohhhh, goyang yang kerasss buuuhhhh ooohhhh .ooohhhh mmmmm hhhh .yes ss..,” “hhhh niiikkmaaaatnyaaahhh kooonnnntooollll kamuuuu..buuuddd aaahhhh,” ibu rupanya tak lagi canggung mengucap kata-kata jorok tentang kemaluan kami. Desahannya pun semakin histeris. Apalagi saat aku dengan keras meremas buah dadanya yang besar itu. “ooohhhh . .memeeeekk . iiiibuuuu juuugaaaahhh . eeeennaaaakkkkhhh,” balasku mulai ikutan tak kalah jorok. “heeee … eeeennaaaakkkhhh maannaaaahh saaamaaahhh punyaa Raaaniiihhh ..,” ibu menghempas keras ”plaaakkk!!! Plaaakkk!!! Creekkk creeekk sreeep” “saamaaahhh enaaaakkhhhh ooohhhh memeeek ibuuu juggaaa njjeepiiit ooohhh,” aku mendorong keatas, “sreepppp blesss .. sreepp blesss” “gooommmbaaalll … manaaahhh bisaaahhh … ibuuu kaaan suudaaah tuaaaa aaahhh,” ibu meraih tanganku yang terlepas dari remasan susunya “taaapiiiihhh memeekk ibuuuuhhh jugaaaahh guuuuriiihhh enaaakhhhh,” kupintir-pintir putting susunya, ibu sampai terpejam sambil terus berteriak. “kooontooolll kamuuhh geedeee baaangeeethhh eeeehhhmmmm saaaayaanggg, mennto oookkkhhh”di rahiiimmm ibuuuuhhh.., sshhhh yesss remessshhhh susuuu ibu saaayyy,” Luar biasa memang seperti kata ibu, ukuran kontolku yang diatas rata-rata ini, sampai-sampai ibu yang sudah punya 2 anak menjerit-jerit merasakan keperkasaannya. Ibu merubah posisi, badannya menghadap samping, waktu menyamping tadi luar biasa nikmat gesekan vaginanya, kontolku seperti dipelintir. “oohhhh ibuuuuhhh enaaakkh”,” jeritku tertahan seketika karena tanpa jeda sedetikpun ia langsung menggoyang, kali ini berputar sehingga vaginanya seperti menyedot kemaluanku. Aku takmau kalah, kutarik putting susunya sebelah kiri hingga ibu berteriak dan semakin kencang bergoyang. “ooooohhhhhh aaaaaauuuhhhh yessshhhh .. piiiintttaaa arrr kamuuuuhhh”..,” “memeeeekhhhh ibuuuuhhhh … eeenaaakkhhhh buuuuuhhhh h oooohhhhh … ssssss hhhhhh … oooohhhh … gooyaaangggg aaahhhh..,” Ganti gaya lagi, setelah 10 menit begitu. Bu Siska menindihku sekarang, dengan pelan ia menggoyang pinggulnya. Aku asik meremas buah dadanya sambil mengadu lidah kami, saling sedot. “enaak..saaayaaangg ?“ desahnya bertanya “hooohhh mmmm enaakkk baaangeet uuhhh buuuuhhh .. memek ibuu bener-bener nikmaaat ….. ooohhh.,” “penis kamu jugaaaahhh …. ooohhhh nikmaatnyaaahh.., ibuuu sukaa bangeeett … kook bisa besar gitu yaah”“ “mana tau bu …. emang dari sononya ooohhh memek ibu juga kenapa bisa enak gini …. ihh aaahhhh .. ooohhhh …. goyang ibu jugaaahh … ooohhhh,” “aduh saying … ibu mauuuuu keluaaarrrrr shhhhh ooohhhhhh yesssss aaahhh, menthoook sayaaangggg ooohhhh..,” vaginanya menjepit, pelukannya semakin erat, aku tahu itu tandanya ibu sebentar lagi akan muncrat “ayooohhhh buuuu aaahhh vaagiiinaaa ibuuuu tammmbah denyuuttt enaaakhhh aahh shhhh oooohhhh ooohhhh, goyang lagiiiii buuuuu yang kerasshhhh ooohhhhh,” “pindaah sayang, kamu diatas, ayooohhhh tindih ibu,” ia meminta aku diatas, mungkin supaya lebih keras genjotannya. Kuturuti perintahnya, langsung kami bergulingan, masih berpelukan. Bu Siska kini di bawah, pahanya diangkat-angkat tinggi agar kemaluanku semakin mudah menusuk, lututnya sampai menyentuh buah dada. “yesss .yess yess ..yesss aahh ahhh ahhhh . genjot yang kerass sayang yang cepaaathhhh oooohhhhh,” aku mempercepat..dan tiba saatnya bagi Bu Siska, menegang, melepas cairan dalam rahimnya, melumuri sekujur penisku yang masih mengganjal dan menusuk-nusuk. Akhirnya beberapa detik setelah itu melemas. Aku masih mengocok meski pelan, kecantikan wajah mature di depanku ini membuat birahiku takkan pernah padam. “shhhh … ooohhh geliiiii sayang, geliii … hhhh stop dulu stop dulu say, ibu istirahat dulu uuuhhh …. nikmatnyaaahh.,” Bu Siska merintih kegelian merasakan desakan penisku yang tak kunjung jeda. Tangannya merangkul pinggangku dan mengeratkan pelukannya, pahanya menjepit sehingga aku sulit bergoyang. “aaahhh ibuuuu hhhh”.,” aku senewen juga karena tanggung, padahal saat itu penisku sedang tegang-tegangnya mengganjal. Terpaksa kuhentikan juga karena ibu terus merengek manja. “maapin ibu say, ibu nggak kuat layani kamu..,” Bu Siska mencoba menghibur dengan menciumku. “habiiisss ibu nggak bisa nahan sih, jadi kan saya tanggung bu”,” “ya sudaaah ntar ibu kasih lagi, tapi kasi ibu waktu beberapa menit aja ya”“ katanya seraya melepaskan pelukan. Badannya digeser ke samping, otomatis penisku terlepas, ibu sampai terpejam meresakan gelinya. “huuuuooohhh … giliran ibu deh yang nggak sanggup, padahal dulu waktu pertama kali kepingin sama kamu, ibu sampai mimpi bisa lama-lama mainnya, say”,” Bu Siska berkata sambil berbaring disebelah kananku. Kami sama-sama menghadap ke atas, memandang langit-langit kamar ibu yang luasnya dua kali kamarku itu. “Sejak kapan sih ibu punya keinginan begini”“ “sejak lama.., waktu tahu suami ibu main serong sama cewek lain,” “maksud ibu sejak tahun lalu”“ “nggak say, jauh sebelumnya… kira-kira lima tahun yang lalu, waktu ibu pertama ngajak kamu ke Jakarta,” “Haaah”“ aku terkejut “waktu itu kan, saya masih SMP bu”“ “yaaahhh itulah sebabnya waktu itu kamu masih terlalu muda sehingga ibu nggak tega minta itu sama kamu,” “trus ?“ “Hmmmm kenapa sekarang ya, bu ?“ aku penasaran juga, jawaban Bu Siska tadi membuat aku berfikir untuk mengetahui pandangannya tentang aku, yang utuh dan jujur. Tentu ini menarik karena bagaimanapun kuanggap ini adalah peristiwa yang sangat berarti bagiku, yang telah merubah hidup dan pandanganku tentang wanita. Terutama perspektifku terhadap hubungan seksual. Sampai-sampai aku lupa kalau belum “tuntas” “Boleh ibu cerita panjang lebar, say”“ Ibu bertanya, “itu yang ingin saya dengar, bu, tapi .hmmmmm,” aku ragu mengatakannya, “apa sayang ?“ ia mengecup bibirku “Mau lagi ya ?“ rupanya Bu Siska tahu juga. Mungkin karena dirabanya penisku yang tegang itu. Aku tak menjawab, kubiarkan ibu men-service aku kali ini. “kenapa diam aja say”“ “kan saya belum keluar bu, boleh kan”“ aku merajuk sambil kembali menindihnya. “ iya sayang, ibu juga nggak mau kamu nanggung gitu, ayo sayang”.., mmmhhh ssss hhh ini yang ibu suka dari kamu … mainnya selalu panaassshhhh … ooohhhh sedoott susu ibu saaayyy …. ssshhhh nikmatnyaaaahhhh”. Jadilah kami bertempur lagi, hasilnya kali ini kami keluar bersamaan, ibu yang duluan menyembur, aku menyusul beberapa detik setelah itu. Aahhh nikmatnya Bu Siska, ibu angkatku, Kekasih gelapku!
CeritaDewasa Nikmatnya Penis Ayah Angkat Ku Hingga pada suatu hari kami di tinggal pergi selama seminggu oleh mama dan juga adikku, mereka ada acara keluarga di luar kota. Tinggal aku dengan papa di rumah, padahal sebelum mama pergi papa sudah tidak enak badan, karena itu dia tidak berangkat kerja dan sudah 3 hari dia tidak bekerja.
Kak Zizah mengemaskan pinggan mangkuk dan membawa ke sudah nyenyak Angkat aku,iaitu Mama Zu pulak sedang duduk berlunjur di depan pintu rumah sambil menarik nafas lega dan melihat ke arah pulak sedang menjuntaikan kaki aku dari lantai jeti di depan pintu laut Zu diam sebentar melayan fikirannya sambil memandang ke ombak yang menghiasi dada laut.“Mari duduk kat Mama Zu ni,Man…!!!”ajak Mama Zu yang menyandarkan tubuhnya ke dinding rumah sambil menjulurkan kakinya di atas jeti depan orang yang lalu di kawasan itu sebab rumah itu adalah rumah penghujung.“Baik,Mama…!!!”sahut aku dan terus bangun dan duduk sebelah Mama semakin Zizah tidak timbul-timbul selepas makan malam dia keletihan Zu dan aku,duduk sebelah-menyebelah memandang ke laut dan mendengar deburan ombak.“Apa yang kau fikirkan tu,Man…???”tanya Mama Zu sambil tersenyum pada teus memandang ke depan dan ekor mata aku melirik melihat Mama Zu tersenyum manis.“Takde apa-apa,Mama Zu…!!!Man hanya melihat laut dan rezeki yang ada di dalamnya…!!!”jawab aku pada Mama Zu dengan bersahaja.“Ini kehidupan Mama Zu,Man…!!!Adawaktunya takut,khuatir suami pergi ke laut menangkap ikan…!!!Adawaktunya bongeng,bosan dan sendirian sebab suami jugak pergi ke laut menangkap ikan…Tapi sudah lama-lama,tak kisah…!!!Bosan tu yang buat Mama resah,Man…!!!”kata Mama Zu sambil mengosok kakinya yang putih melepak dengan betisnya bunting kaki dan tangannya kecil dan aku terbau aroma tubuh Mama Zu yang sangat Zu pun terus meletakkan telapak tangannya ke peha aku yang Zu melihat lekuk dan bentuk batang kote aku dari luar seluar Mama Zu mengusap peha aku yang menyetir sensasi terus ke batang kote pun terus menutup mata aku sambil menyandarkan kepala aku ke terus membiarkan tangan Mama Zu meraba-raba peha aku dan kemudian menyentuh batang kote aku dari luar seluar itu telah membuatkan dada aku Mama Zu sudah memegang batang kote aku dengan kedua-dua belah tangannya dari luar seluar Zu pun terus membelai dan mengocok perlahan dan aku pun mula pulak terus melondehkan kemban kain batik Mama pun terus membukak mata aku dan melihat sepasang kedua-dua tetek Mama Zu yang segar dengan puting berwarna hitam kecil,lalu aku pun terus Zu terus menarik nafas dan menutup matanya.“Uuuuu,Man…Apa ni,Man…???Panjang dan besarnya batang kote Man ni,Sayang…!!!Mama nak tengoknya sebelum ni la,Sayang…!!!”kata Mama Zu pada aku,lalu Mama Zu pun terus mengeluarkan batang kote aku dari celah seluar dalam aku.“Wahhh…!!!Besarnya la,Sayang…!!!”kata Mama Zu pada aku.“Kedua-dua tetek Mama Zu jugak besar dan cantik,masih keras dan tegang lagi…!!!”kata aku sambil meramas kedua-dua tetek Mama Zu pun terus pada angan tu,aku sudah menyelakkan kemban kain batik Mama Zu dan memegang lubang cipap tembam Mama Zu pun terus menguakkan bibir lubang cipap Mama Zu tu dengan jari-jemari aku dan lubang cipap Mama Zu tu sudah terasa basah,lalu aku pun terus menjolok jari aku ke dalam lubang cipap Mama Zu Zu tersenak dan mengalihkan bontot tonggeknya, kemudiannya Mama Zu pun terus memandang semula ke muka aku lalu mengucup bibir pun terus menyambut dan mengulum sambil bermain dengan lidah Mama Zu kemudiannya terus melepaskan pegangan di batang kote Zu pun kemudiannya terus membetulkan kemban kain batiknya,lalu bangun dan tangan aku terus ditariknya.“Jom masuk ke bilik tidur Mama,Sayang…!!!”Mama Zu mengajak pun terus bangun dan mengikut Mama Zu tanpa berkata Zu pun terus mengunci pintu bilik tidur Mama Zu,lampu bilik tidak terbukak dengan luas dan angin laut menyerbu deras mendatangkan pintu bilik sebuah almari jugak sebuah meja bercermin,meja solek Mama Zu la kerusi sedangkan tilam di atas lantai beralaskan cadar warna merah dan bantal tidak dihidupkan,hanya mengharapkan sinaran Zu kemudiannya terus melurutkan seluar aku dan terus menaikkan t-shirt aku dan terus membukakkannya melalui tangan aku mendepang ke Mama Zu pun terus membukakkan kemban kain batiknya dan terlihatlah oleh mata aku akan tubuh bogel Mama Zu yang dipanah cahaya tetek Mama Zu memang besar,perutnya yang sedikit buncit dan lubang cipapnya merimbun dengan bulu yang lebat yang putih dan tembam,kakinya yang berbunting pun kemudiannya terus merangkul Mama Zu dan melumati bibir wanita Zu pun terus memegang batang kote aku sambil mengocok dan membelainya kote aku sudah menegang,mengeras,kuat dan berdua pun kemudiannya terus saling berkucupan dan bertukar air liur dan saling jugak mengulum lidah antara satu sama jugak turut meramas-ramas kedua-dua tetek Mama ZU yang kini sudah aku pun terus membaringkan Mama Zu di atas tilam di bilik tidur Mama Zu Zu pun kemudiannya terus terlentang dan terus membukakkan kedua-dua belah pun terus menindih Mama Zu dan aku terus mengacah-acahkan batang kote aku ke lubang cipap Mama pun kemudiannya terus memulakan permainan lidah aku di tengkok dan cuping telinga Mama Zu sambil puting susu Mama Zu digentel dan kedua-dua tetek Mama Zu aku Zu terus mengerang dan menjerit merintih.“Mama sangat rindukan batang kote ni,Sayang…!!!Bapak angkat kau tu sudah tak boleh nak main seks dengan Mama lagi,Sayang…!!!Lama sebenarnya Mama sangat inginkan batang kote Sayang ni tapi…Issshh…!!!Tapi Man punya batang kote besar sungguh la,Sayang…!!!”kata Mama Zu sambil memegang keras dan meramas-ramas kepala batang kote pun kemudiannya mula menjilat kedua-dua tetek Mama ZU,menjilat di pangkal kedua-dua tetek dan bawah kedua-dua tetek Mama Zu Zu pun kemudiannya terus mengeliat dan pun dengan pantas terus melekapkan muka aku ke lubang cipap Mama situ aku mula menjilat biji kelentit,menjilat alur lubang cipap dan melidahkan lubang cipap Mama jugak aku bermukim di situ dengan lidah dan mulut dan memakan lubang cipap dengan Mama Zu semahu-mahunya.“Uuurrrggghhh…Aaarrrggghhh…Mama geliii…!!! Mama kegelian,Sayanggggg…!!!”jeritan Mama Zu membiarkan lubang cipapnya dijilat dan disedut oleh Zu turut jugak menghenjutkan bontot tonggeknya ketika menerima lidah aku di dalam lubang cipapnya.“Masukkan batang kote Man tu kat dalam lubang cipap Mama ni cepat,Sayanggg…!!!Mama dah tak tahan sangat rasanya sekarang ni,Sayanggg…!!! Mama Zu nak sangat,Sayanggg…!!!”desah Mama Zu pada desahan Mama Zu tu,aku pun terus menyediakan kedudukan untuk melakukan penetrasi batang kote aku ke dalam lubang cipap Mama aku pun terus memegang batang kote aku yang dah keras besar dan panjang itu,lalu aku pun terus merodok ke dalam lubang cipap Mama Zu buat kali pertama pada hari tersebut kali pertama secara keseluruhannya.Mama Zu pun terus mengangkat bontot tonggeknya menerima tujahan batang kote aku tu,lalu Mama Zu pun terus menjerit halus…“Aaaaarrrrrggggghhhhh…!!!Pelan-pelan sikit,Sayanggg…!!!Sakit la,Sayanggg…!!!Batang kote Bapak angkat kau tu pun tak besar dan panjang macam ni,Sayanggg…!!!Pelan-pelan sikit,Sayanggggg…!!!”ujar Mama Zu menahan sambil mengertap bibir kuyu dan nafasnya aku mencuba merapatkan batang kote aku dan menujah batang kote aku masuk ke dalam lubang cipap Mama ZU yang sudah berair tu…“Uuuuu…Sedapnya,Sayanggg…!!!Uuuuu…Gelinya, Sayanggggg…!!!”desah Mama Zu ketika menerima batang kote aku yang panjang walaupun Mama Zu telah menolak dada aku bila batang kote aku tu mahu aku rapatkan Zu pun terus membetulkan kedudukannya dengan membukakkan kedua-dua kakinya dengan luas dan mahukan batang kote aku habis ditelan oleh lubang cipapnya pun terus menghenjut dan batang kote aku merasakan lubang cipap Mama Zu mengizinkan batang kote aku dimakan habis sampai ke akhir liang lubang cipap Mama Zu tu.“Ooooo…Ooooo…Aaaaarrrrrggggghhhhh…!!! Uuuuurrrrrggggghhhhh…Mama dah sampai ke puncak sekarang ni,Sayanggggg…!!!”jeritan dan ngerang Mama Zu sambil ligat mengoyangkan pinggulnya melawan henjutan batang kote aku ke dinding lubang Zu merasakan dinding itu ditujah oleh kepala batang kote aku dengan ganas dan Zu merasakan kegatalan lubang cipapnya membuatkan dia mengemutkan batang kote Zu terus menjerit,mengekang dan menegang tubuhnya sambil menahan kenikmatan yang amat seks tersebut telah membuatkan Mama Zu sudah 3 kali mengalami klimaks seksnya kegelian permainan batang kote aku di dalam lubang cipapnya telah membuatkan dia hendak klimaks lagi.“Ooooohhhhh…Uuuuurrrrrggggghhhhh…!!!”jerit Mama Zu panjang dan Zu pun terus mengepitkan lubang cipapnya dan merintih-rintih serta meracau-racau kebahagiaan,sedangkan aku terus memacu dan mempompa batang kote aku tepat laju dan kuat ke dinding lubang cipap Mama ZU yang sudah kebasahan dan kebanjiran aku sendiri menjerit kuat dan berpeluh.“Man dah nak sampai ni,Mamaaaaa…!!!”desah aku sambil mengejangkan tubuh aku dan akhirnya aku pun terus memancutkan air mani aku ke dalam lubang cipap Mama Zu dengan banyaknya buat kali pertama pada hari tersebut kali pertama secara keseluruhannya.Kemudiannya aku pun terus membiarkan batang kote tegang dan keras aku berendam di dalam lubang cipap Mama Zu terus mengoyang-goyangkan bontot tonggek dan kakinya di langit menahan hentakan batang kote aku di dalam lubang terus menghenjutkan batang kote aku Zu terus menerima henjutan batang kote kami berdua kewalahan dan Mama Zu jugak dengan aku dan terus menarik nafas sambil mencium Mama Zu dan meramas kedua-dua teteknya dengan kuat dan keras.“Mama rasa puas sangatttt,Sayang…!!!Man memang sangat bagus buat Mama puasss,Sayang…!!!Sakit jugak lubang cipap Mama ni tadi tapi Mama rasa senang sangat seluruh batang kote Man tu boleh masuk ke dalam lubang cipap Mama ni tadi,Sayang…!!!”kata Mama Zu sambil mencubit hidung Zu menghela nafas dan ketawa seks yang cukup memberikan nikmat yang amat sangat telah membuatkan kami berdua bermandian peluh dan terasa pegal-pegal di seluruh Zu yang kewalahan dan keletihan kini sudah lelap dan hanya memerhatikan ombak dada Mama Zu…………
CERITADEWASA IBU MUDA CANTIK KURSUS MOBIL, Adu Ayam S128, CERITA DEWASA IBU MUDA CANTIK KURSUS MOBIL. Aku angkat pelan rok gamis panjang Mita. Aku remas-remas bokong Mita yg gempal. Terdengar desahan Mita.. "Terus masss teruuuuussss cumbu aku semau," ciuman membuatku bergairah. Sekarang posisi Mita berada dalam pangkuanku. Aku
Saya adalah salah seorang pemudausia 32 tahun. studi S1 di salah satu kota terkenal di selesai kuliah saya pernah berpacaran dengan seorang gadis anak sederhana, dandari keluarga yang pas pasan. Dia sendiri sudah ditinggal oleh bapak danibunya. Sekarang dia tinggal dengan bibinya. Saya sebut saja namanya ica. Icaberhenti sekolah SLTP kelas dua. Selama saya pacaran dengan ica banyak hal yang telah kami lakukan termasuk berhubunganintim. Memang sangat menyenangkan, apalagi ica orangnya sangat baik, cantik danmengairahkan. Setelah saya mendapat tawaran kerja di luar pulau jawa, tepatnyadi papua. Saya tidak dapat bertemu dan berkencaan lagi dengan ica. Dengankehidupan seperti ini, berjauhhan hati serasa masih satu sedangkan tuntutanbadaniah ternyata berbeda. Ica akhirnya memiliki seorang pacar baru sedang sayahanya dapat menerima kenyataan dengan pasrah. Hari berganti hari kabar dari icapun saya terima bahwa dia mengaku dirinya telah hamil oleh pacarnya dansekarang telah hilang entah kemana. Sangat menyedihkan nasipnya. saya tergugahdan saya bersedia merawat dia dan bayinya. Saya meminta dia untuk merawatbayinya sampai saya kembali dan akan memeliharanya. Setiap bulan saya menanggungbiaya mereka berdua. Dengan memberi nafkah sebagai seorang bekas pacar. Setelahsaya kembali ke jawa, saya bertemu dengan ica dengan memperkenalkan danmenunjukan bahwa anaknya seorang cewek, cantik dan baru berusia 10 membelikan sebuah rumah buat merekatinggal dan saya sendiri juga menikah dengan gadis pilihan saya. Saya tidakbisa memungkiri betapa saya sangat memprihatinkan nasip ica. Dikala senggangsaya datang berkunjung dan melihat keadaan mereka. Saya seperti seorang ayahsaja bapak saja terhadap mereka, padahal saya hanya membantu mereka. Waktuberjalan dan suatu hari ica menyatakan akan pergi dan mau menitipkan anaknyapada saya. Setelah pergi saya baru tahu kalau dia pergi dengan seorang cowokbarunya. Dan meninggalkan anaknya yangg saat itu baru berusia 3 th. saya jadiserba salah. Harus ngapain. Sedangkan untuk membawa dan menunjukan ke istrisaya tidak berani. Saya akhirnya mencarikan seorang pembantu buat anak ica. Dansaya mengatakan bahwa meta adalah anak saya dan saya meminta dia merawat karnasaya sering bepergian keluar kota untuk usaha dan bisnis. Sambil kadan kalasaya menginap dan datang kesana untuk melihat keadaan meraka. Hari bergantihari sambil menjalani hidup saya telah memiliki anak dari istri saya bernama sendiri selama ini tahunya bahwa saya adalah ayahnya. Saya sendiri kalauada waktu menyempatkan diri untuk merawat meta, mulai dari mengajak bermain danmemandikanya. Saya dan meta sering mandi bareng. Dan tanpa saya sadari metasemakin besar dan tumbuh menjadi anak yang cantik. suatu saat sewaktu saya mandibareng meta. Saya sangat merasa lain dalam diri saya. Meta dengan usia 9 th,betul betul membuat saya berpikir aneh. Saya memandikanya dengan lembutmenyabuni dan saya tidak sadar saya meremas dan mengelus elus kemaluanya. Halitu membuat saya terangsang dan kontol saya seketika bangun. Hal itu dilihatoleh meta karna memang posisi kita sama sama telanjang. Dan hal itu sebelumnyatidaklah memalukan bagi kami. Dengan kejadian itu, meta sering kali memintasaya memandikannya dan meminta saya untuk mengelus elus memeknya. Saya kira halitu sangat menyenangkan Be continued…
Akumasa bodo deh denger ibu - ibu berkicau yang penting aku bisa liat terus Mbak Aning yang sesekali juga ngelirik aku , kalau bertatapan aku senyum doi juga dong . Cairan bening aku dijilatin sambil matanya memandang arah mata aku , seolah butuh pengakuan atau komentar Aku cuma bisa angkat 2 jempol , bravo go ahead Can . cerita seks
WebSatu adalah ibu angkatku yang selama ini menjadi partner seks tetap dan satunya lagi adalah dosen akuntansiku di kampus. Bu Siska punya buah dada besar, bisa untuk. WebCerita Sex – Ibu Rumah Tangga Ketagihan Selingkuh, Aku tinggal di kompleks perumahan elit di Yogyakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai Pegawai Negeri. WebBaiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis. WebSaat itu ibu akan bangun waktu ayah bersiap berangkat ke kantor untuk mempersiapkan sarapan dan pakaian ayah. Mereka akan sarapan bersama. Aku biasanya selesai mandi. Cerita Dewasa Ibu Angkat, 3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita Romantis, MB, 1621, 112,289, Modal Nekat Cerpen, 2022-06-11T1200 3, Ibu Melani sang ibu Direktur Cerita Dewasa - Eka Series PART 2 - YouTube, 1280 x 720, jpeg, , 20, cerita-dewasa-ibu-angkat, KAMPION WebSafiq yang tidak mengetahui kalau Anis akan mencapai puncak, terus menghisap kuat-kuat disana. “Uuhh…” didengarnya sang ibu angkat melenguh sambil menghentak-hentakkan. WebAdik Indra hanya bertahan hidup selama 4 hari saja karena organ-organ tubuhnya belum sempurna. Sang ibu meninggal setelah berjuang keras 3 hari setelah adiknya meninggal.. WebCerita Dewasa Mengajak Bersetubuh dengan Ibu. Rumah ini kembali menemukan kehangatannya. Seisi rumah dipersatukan dalam kegembiraan. Bayi lucu itu menjadi. WebIbu Sania sebagai koordinator Uusan Dapur dan aku koordinator pemuda pemudi yang bertugas sebagai pager ayu dan pager bagus serta petugas kebersihan yang tugasnya. WebCerita Dewasa Nikmatnya Penis Ayah Angkat Ku Hingga pada suatu hari kami di tinggal pergi selama seminggu oleh mama dan juga adikku, mereka ada acara keluarga di luar. WebBegitulah, sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis, sang ibu angkat yang masih berusia muda, tidak lebih dari 30 tahun. Dengan payudara yang masih mulus. WebAnis pun menarik kepala bocah itu dan ditaruhnya kembali ke atas gundukan sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis,. WebCERITA DEWASA PUNYA IBU TIRI ITU TERNYATA ENAK Bokep Jepang September 24, 2018 FilmBokepJepang – Namaku Kemal, lahir di kota Tegal 25 tahun yang lalu. Aku. WebBaiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis. Tentang 3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita Romantis populer Source Ku antar mama angkatku ke Kamar Cerita romantis Pernikahan trending Source perlu diketahui tentang Cerita Dewasa Ibu Angkat yg bisa anda simak3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita RomantisSetiap pulang sekolah aku tak terlalu banyak bermain, aku sudah bukan anak kecil lagi menghabiskan waktu diluar. Membereskan rumah, membantu pekerjaan ibu bahkan ikut membantu tugas-tugas sekolah ibu sudah menjadi rutinitas sehari-hariku.viral ceritapendek ceritamotivasiMampir juga ya di channel komunitas kami Sobat Dumay Bercerita Modal Nekat Cerpen Link video cerita pendek,kisah nyata,cerita romantis,cerpen romantis bikin baper,cerpen cinta,cerita romantis pendek,kisah cinta romantis,cerpen romantis,cerita,cerita cinta,cerpen romantis terbaru,cerpen,cerita cintaku,novel romantis,cerita pendek romantis,cerita pendek remaja,cerita motivasi,cerita cinta romantis,kisah romantis,viral,cerita pendek cinta,cerita pendek cerpen,cerita cerpen romantis,3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang-~-~~-~~~-~~-~- Please watch "Part 10 Kalau Mas Mau Pakai Kode Aja" -~-~~-~~~-~~-~- Ibu Melani sang ibu Direktur Cerita Dewasa - Eka Series PART 2 - YouTube sedang viralPicture from Bercocok tanam bersama ibu Nisa Cerita Dewasa PART 3 - YouTube Picture from Related image Kecantikan, Gadis cantik, Wanita cantik trendingPicture from Hangat - cewek cantik manis trendingPicture from Cerita Sex Pembantu Kos – Telegraph viralPicture from Cerita Dewasa, Ibu Kosku Yang Punya Apem Sempit Karyakarsa trendingPicture from Cerita Dewasa Ibu Berhijab Ungu updatePicture from Kasihku buat Nabila Mak Buyong sudah 36 weeks.... populerPicture from PANDORAQQ ML Sama Ibu Boss Diruang Kerja Kantor viralPicture from Cerita Dewasa, Ibu Kos Ku Yg Kurang Balaian Dari Suami Karyakarsa populerPicture from
Ibukost ku ini sebenarnya udah cukup tua umurnya kira-kira 50 tahunan, namun menurutku, untuk wanita seusianya, tubuh Bu Limah masih terhitung bagus, meski agak gemuk namun tetap montok dengan bongkahan pantatnya yang bahenol dan buah dadanya yang besar. Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di belakang kepalanya.
AnisTeng! Jam dinding berdentang satu kali. Malam semakin larut, tapi Anis masih duduk di ruang tengah. Sejak tadi matanya sulit terpejam. Baru beberapa jam yang lalu Ibu Mas Iqbal, suaminya, menelepon, “Nis, Alhamdulillah, barusan ini keponakanmu bertambah lagi…” suara ibu terdengar sumringah di ujung sana.“Alhamdulillah… laki-laki atau perempuan, Bu?” Anis tergagap, kaget dan senang. Sudah seminggu ini keluarga besar Mas Iqbal memang sedang berdebar-debar menanti berita Dini, adik suaminya, yang akan melahirkan.“Laki-laki. Cakep lho, Nis, mirip Mas-mu waktu bayi” Ibu tertawa bahagia. Dini memang adik yang termirip wajahnya dengan Mas Iqbal.“Selamat ya, Bu, nambah cucu lagi. Salam buat Dini, Insya Allah besok pulang kerja, Anis dan Mas Iqbal akan jenguk ke rumah sakit.” janji Anis sebelum menutup pembicaraan dengan Ibu yang sedang menunggu Dini di rumah menutup telepon, Anis termenung sesaat. Ia jadi teringat usia pernikahannya yang telah memasuki tahun ke lima, tapi belum juga ada tangis si kecil menghiasi rumah mereka. Meskipun demikian ia tetap ikut merasa sangat bahagia mendengar berita kelahiran anak kedua Dini di usia pernikahan mereka yang baru tiga tahun.“Kok melamun?!” Mas Iqbal yang baru keluar dari kamar mandi mengagetkannya. Ia memang pulang agak malam hari ini, ada rapat di kantor katanya. Air hangat untuk mandinya sempat Anis panaskan dua kali tadi.“Mas, ibu tadi mengabari, Dini sudah melahirkan. Bayinya laki-laki,” cerita Anis.“Alhamdulillah… Dila sudah punya adik sekarang,” senyum Mas Iqbal sambil mengeringkan rambutnya, tapi entah mengapa Anis menangkap ada sedikit nada getir dalam suaranya. Anis menepis perasaannya sambil segera menata meja menyiapkan makan Isya’an bersama, Mas Iqbal segera terlelap, seharian ini ia memang lelah sekali. Anis juga sebenarnya agak lelah hari ini. Ia memang beruntung, selepas kuliah dan merasa tidak nyaman bekerja di kantor, Anis memutuskan untuk membuat usaha sendiri temannya yang seorang notaris, akhirnya Anis mendirikan perusahaan kecil-kecilan yang bergerak di bidang design interior. Anis memang berlatar pendidikan bidang tersebut, ditambah lagi ia punya bakat seni untuk merancang sesuatu menjadi indah dan menarik. Bakat yang selalu tak lupa seiring dengan kemajuan dan kepercayaan yang mereka peroleh, perusahaannya sedikit demi sedikit mulai dikenal dan dipercaya masyarakat. Tapi Anis merasa itu tidak terlalu melelahkannya, semua dilakukan semampunya saja, sama sekali tidak memaksakan diri, malah menyalurkan hobi dan bakatnya merancang dan mendesign sesuatu sekaligus mengisi waktu sebabnya sesekali saja Anis agak sibuk mengatur ketika ada pesanan mendesign yang datang, selebihnya teman-teman yang mengerjakan. Waktu Anis terbanyak tetap buat keluarga, mengurus rumah atau masak buat Mas Iqbal meski ada Siti yang membantunya di rumah, menurutnya itu tetap pekerjaan nomor tahun pernikahan adalah bukan waktu yang sebentar. Awalnya Anis biasa saja ketika enam bulan pertama ia tak kunjung hamil juga, ia malah merasa punya waktu lebih banyak untuk suaminya dan merintis kariernya. Seiring dengan berjalannya waktu dan tak hentinya orang bertanya, dari mulai keluarga sampai teman-temannya, tentang kapan mereka menimang bayi, atau kenapa belum hamil juga, Anis mulai saran dari banyak orang, Anis mencoba konsultasi ke dokter kandungan. Seorang dokter wanita dipilihnya. Risih juga ketika menunggu giliran di ruang tunggu klinik, pasien di sekitarnya datang dengan perut membuncit dan obrolan ringan seputar kehamilan mereka. Atau ketika salah seorang diantara mereka bertanya sudah berapa bulan kehamilannya.“Saya tidak sedang hamil, hanya ingin konsultasi saja” senyum Anis sabar meski dadanya berdebar, sementara Mas Iqbal semakin pura-pura asyik dengan korannya. Anis bernafas lega ketika dokter menyatakan ia sehat-sehat saja. Hindari stress dan lelah, hanya itu berlalu. Di tengah kebahagiaan rumah tangganya, ada cemas yang kian mengganggu Anis. Kerinduan menimang bayi semakin menghantuinya. Sering Anis gemas melihat tingkah polah anak-anak kecil disekitarnya, dan semakin bertanya-tanya apa yang terjadi dengan dirinya. Setelah itu mulailah usaha Anis dan suaminya lebih gencar dan serius mengupayakan Anis menangis ketika semakin gencar pertanyaan ditujukan padanya atau karena cemas yang kerap mengusik tidurnya. Mas Iqbal selalu sabar menghiburnya, “Anis, apa yang harus disedihkan? Dengan atau tanpa anak, rumah tangga kita akan berjalan seperti biasa. Aku sudah sangat bahagia dengan apa yang ada memang tahu kapan Anis sedang mendalam sedihnya dan harus dihibur agar tidak semakin larut dalam kesedihan. Di saat-saat seperti itu memang cuma suaminya yang paling bisa menghiburnya, tentu saja disamping do’a dan berserah dirinya pada Tuhan. Kadang Anis heran kenapa Mas Iqbal bisa begitu sabar dan tenang, seolah-olah tidak ada apapun yang Anis juga bukan selalu berada dalam kondisi sedih seperti itu. Sesekali saja ia agak terhanyut oleh perasaannya, biasanya karena ada faktor penyulutnya, yang mengingatkan ia akan mimpinya yang belum terwujud itu. Selebihnya Anis bahagia saja, bahkan banyak aktivitas atau prestasi yang juga tidak pernah menyalahkan teman-temannya kalau ketika sesekali bertemu obrolan banyak diisi tentang anak dan seputarnya. Buatnya itu hal biasa, usia mereka memang usia produktif. Jadi wajar saja kalau pembicaraan biasanya seputar pernikahan, kehamilan, atau perkembangan anak-anak mereka yang memang semakin lucu dan menakjubkan, atau cerita lain seputar kadang-kadang, sesekali ketika Anis sedang sedih, rasanya ia tidak mau mendengar itu dulu. Anis senang juga jika ada yang berusaha menjaga perasaannya diwaktu-waktu tertentu, dengan tidak terlalu banyak bercerita tentang hal tersebut, bertanya, atau malah menyemangati dengan do’a dan dukungan agar sabar dan yakin akan datangnya si kecil menyemarakkan rumah tersadar dari lamunannya. Diminumnya segelas air dingin dari lemari es. Sejuk sekali. Meskipun malam tapi udara terasa pengap. Anis meneruskan tidurnya. Dalam lelap ia bermimpi bermain bersama beberapa gadis kecil. Senang sekali.***Siang keesokan harinya, Anis sedang merancang sebuah ruang pameran di kantornya. Ada festival Islam yang akan digelar, mungkin karena tidak banyak designer interior berjilbab rapi seperti Anis, ia dipercaya merancangnya. Ketika sedang mencorat-coret gambar, Fitri mengejutkannya, “Mbak Anis, ada tamu yang mau bertemu.“Dari mana, Fit?” tanya Anis.“Katanya dari Yayasan Amanah, mbak, tanya soal aplikasi mbak Anis bulan kemarin.”“Oh itu. Iya deh, saya ke depan sepuluh menit lagi.” jawab berbincang-bincang dengan tamunya, akhirnya Anis menyepakati mengangkat salah satu anak yatim yang diasuh yayasan tersebut sebagai putra asuhnya. Namanya Safiq. Anis memang selalu menyisihkan rezekinya untuk mereka yang membutuhkan. Dan kali ini, ia berniat untuk menyantuni dan mengasuh Safiq seperti anaknya sendiri, itupun setelah dimusyawarahkan dengan mulai saat itu, Safiq yang berusia 12 tahun, tinggal bersama Anis dan anak, membawa banyak hikmah bagi Anis. Ia jadi semakin teliti dan perhatian. Apapun kebutuhan Safiq berusaha ia penuhi. Mulai dari baju hingga mainan, juga kebutuhan sekolah bocah itu yang tahun depan mau masuk SMP. Anis juga mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada Safiq, hingga mas Iqbal yang merasa tersisih, sempat melayangkan protes sambil bercanda, Hmm, gimana kalau punya anak beneran ya, bisa-bisa aku nggak boleh tidur di cuma tertawa menanggapinya. Ah, mas bisa aja. dia mencubit pinggang laki-laki itu. Dan selanjutnya merekapun bergumul di ranjang untuk memuaskan satu sama lain, sambil berharap persetubuhan kali ini akan membuahkan paginya, seperti biasa, Anis menyiapkan sarapan bagi Safiq. Tidak terasa, sudah hampir tiga bulan bocah itu tinggal bersamanya. Dan Anis merasa senang sekaligus bersyukur, karena pilihannya ternyata tidak salah, Safiq sangat pintar dan baik. Anak itu tidak nakal, sangat menurut meski agak sedikit Fiq? tanya Anis menanyakan sebabnya saat mereka sarapan bersama. Saat itu mas Iqbal sudah berangkat ke kantor, sedangkan Safiq masuk itu terdiam, hanya jari-jari tangannya yang bergerak memainkan bulatan bakso di atas nasi apa-apa, ngomong saja sama Umi. kata Anis. Dia memang menyuruh Safiq untuk memanggilnya dengan panggilan Umi sedangkan untuk mas Iqbal nggak, Mi. Safiq masih tampak menatapnya. Di usianya yang baru beranjak remaja, bocah itu terlihat tampan. Kalau besar nanti, pasti banyak gadis yang akan terpikat kepadanya. Umi nggak akan marah. kata Anis lagi, penuh dengan menggeleng, dia menundukkan kepalanya semakin Anis pun mendekatinya. Tidak apa-apa kalau kamu nggak mau bilang, umi nggak akan maksa. Dipeluknya bocah kecil itu, diletakkannya kepala Safiq di atas gundukan buah dadanya. Ia biarkan Safiq menangis di kalau Umi sudah membuatmu takut. ucap Anis penuh nada penyesalan, ia memang tidak berharap perbincangan ini akan berakhir seperti mereka berpelukan, hingga Anis merasa tangis Safiq perlahan mereda dan akhirnya benar-benar berhenti. Ia sudah akan melonggarkan dekapannya saat merasakan sesuatu yang lembut mengendus dan menyundul-nyundul pelan buah dadanya. Ah, Safiq! Apa yang kamu lakukan? Anis memang cuma mengenakan daster longgar saat itu, hanya saat keluar rumah atau ada tamu pria, ia mengenakan Anis melirik ke bawah, dilihatnya si bocah yang kini berusaha mencium dan menyusu ke arah buah dadanya. Safiq! Anis menegur, tapi dengan suara dibuat selembut mungkin, takut membuat bocah itu kembali mengkerut. Padahal dalam hati, Anis benar-benar mengutuk aksinya yang sudah kurang mendongakkan kepala, M-maaf, Mi. suaranya parau, sementara tubuhnya gemetar tega, Anis segera memeluknya kembali. Tidak apa-apa, tapi jangan diulang lagi ya. Itu tidak boleh. ia membelai rambut Safiq penuh rasa mengangguk. Maaf, Mi. Safiq cuman pengen tahu gimana rasanya terkejut, Emang kamu belum pernah? tanyanya tak kan yatim piatu dari kecil, Mi. Jangankan nenen, siapa ibu Safiq aja nggak ada yang tahu. Safiq ditinggal di depan pintu yayasan. jawab bocah itu dengan meneteskan air mata mendengarnya, ia mendekap dan mengelus kepala Safiq lebih erat lagi. Setelah terdiam cukup lama, Anis akhirnya membuka suara, Bener kamu pengen nenen? tanyanya dengan suara berat. Keputusan sudah ia ambil, meski itu awalnya begitu menganggukkan ya, cuma nenen? tanya Anis sambil memandang Mi. angguk Safiq jangan ceritakan ini sama orang lain, termasuk pada Abi. Karena anak sebesar kamu sudah tidak seharusnya nenen pada Umi, ini tidak boleh. Tapi karena kasihan, Umi terpaksa mengabulkannya. terang Anis, terbersit nada getir dalam Mi. Safiq janji. kata bocah kecil dengan perlahan Anis pun menurunkan dasternya hingga buah dadanya yang besar terlihat jelas. Meski masih tertutup BH, benda itu tampak begitu indah. Ukurannya yang di atas rata-rata membuatnya jadi tampak sesak. Anis segera membuka cup BH-nya, tanpa ada yang menyangga, bulatan kembar itupun terlontar dengan kerasnya hingga sanggup membuat mata bulat Safiq makin melotot Safiq memanggil, tapi pandangannya sepenuhnya tertuju pada area dada sang ibu angkat yang kini sudah terbuka lebar, siap untuk ia katanya mau nenen? kata Anis sambil menarik salah satu bulatan payudaranya ke depan, memberikan putingnya yang merona merah pada ada benda mulus menggiurkan yang mendekat ke arah mulutnya, Safiq pun membuka bibir, dan mencaplok puting Anis dengan perlahan, Ahm… lenguh mereka berdua hampir bersamaan. Anis kegelian karena ada lidah basah yang melingkupi ujung payudaranya, sedangkan Safiq merasa nikmat mendapat benda yang selama ini ia jangan keras-keras, Fiq. Sakit! desis Anis di sela-sela jilatan sang anak angkat. Ia mulai merasa merinding, jilatan Safiq mengingatkannya pada mas Iqbal, yang biasa melakukannya sebelum mereka tidur. Meski aksi Safiq terasa agak sedikit kaku, tapi sensasi dan rasanya tetaplah itu, Safiq dengan tak sabar dan penasaran terus menyusu. Mulutnya dengan liar bermain di gundukan payudara Anis. Tidak cuma yang kiri, yang kanan juga ia perlakukan sama. Kadang Safiq malah membenamkan wajahnya di belahan payudara Anis yang curam, dan membiarkan mukanya dikempit oleh bulatan kenyal itu, sambil tangannya mulai meremas-remas Fiq. rintih Anis mulai tak sadar. Ia menekan kepala bocah itu, berharap Safiq mempermainkan payudaranya lebih keras yang gelagapan berusaha mencari udara, digigitnya salah satu puting Anis hingga umi-nya itu menjerit Fiq! Apaan sih, sakit tahu! Anis mendelik marah, tapi melihat muka Safiq yang memerah dan nafasnya yang ngos-ngosan, iapun akhirnya mengerti. Eh, maaf. Umi nggak apa-apa, Mi. Safiq tersenyum, kedua tangannya masih hinggap di dada Anis dan terus meremas-remas ringan kamu suka? tanya Anis sambil membelai kepala Safiq penuh rasa bocah mengangguk, Iya, lagi? tanya mengangguk, senyumnya terlihat semakin begitu, ayo sini. Anis pun menarik kepala bocah itu dan ditaruhnya kembali ke atas gundukan sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis, sang ibu angkat yang masih berusia muda, tidak lebih dari 30 tahun. Dengan payudara yang masih mulus sempurna, Safiq benar-benar dimanjakan. Ia menjadi bocah yang paling beruntung di dunia. Sementara Anis juga merasa senang karena kini ia menjadi semakin intim dan akrab dengan sang putra angkat yang sangat ia sayangi.***Rutinitas itu terus berlangsung. Kapanpun dan dimanapun Safiq ingin, asal tidak ada orang -terutama mas Iqbal- Anis dengan senang hati menyusuinya. Dan seperti yang sudah dijanjikan, Safiq memang tidak pernah meminta lebih. Bocah itu cuma meremas dan menghisap, tidak macam-macam. Ditambah lagi, sama sekali tidak ada nafsu ataupun birahi dalam setiap jilatannya, Safiq benar-benar murni melakukannya karena pengen semua itu berubah saat Safiq naik ke jenjang SMP…Umur yang bertambah membuat pikiran bocah itu semakin berkembang. Dari yang semula cuma nenen biasa, kini berubah menjadi jilatan mesra yang sangat lembut namun sangat menggairahkan. Remasan bocah itu juga semakin bervariasi; kadang keras, kadang juga lembut. Kalau menghisap puting yang kiri, Safiq memijit dan memilin-milin yang kanan, begitu pula bukannya tidak mengetahui hal itu. Ia sudah bisa menebaknya saat melihat penis Safiq yang sedikit ereksi saat mereka sedang melakukan ritual itu. Tapi Anis pura-pura tidak tahu dan mendiamkannya saja. Toh Safiq juga tidak berbuat macam-macam, anak itu tetap sopan. Malah Anis yang panas dingin, itu karena ukuran penis Safiq yang saat ini sudah melebihi punya mas Iqbal, padahal usia bocah itu masih sangat saat membangunkan Safiq untuk sholat subuh, Anis disuguhi pemandangan baru lagi. Saat itu Safiq masih tertidur lelap, tapi tidak demikian dengan penisnya. Benda itu sedang berdiri dan menjulang begitu tegarnya. Sempat Anis terpana dan terpesona untuk beberapa saat, tapi setelah bisa menguasai diri, ia segera membangunkan sang putra, Fiq, ayo sholat cuma menggeliat lalu meneruskan tidurnya. Anis jadi tergoda. Apalagi sekarang di depannya, penis Safiq jadi kelihatan lebih menantang. Ukurannya yang begitu besar membuat Anis tercengang, dengan warna coklat kehitaman dan kepala’ yang masih kelihatan imut Safiq baru bulan kemarin disunat, benda itu jadi terasa seperti magnet bagi hati berdebar dan penuh perhitungan, takut dipergoki oleh sang suami -juga takut bila Safiq tiba-tiba bangun- Anis mulai mengocok benda panjang itu perlahan-lahan. Saat diperhatikannya Safiq tetap tertidur, malah bocah itu seperti menikmatinya -terlihat dari desah nafasnya yang semakin memburu dan tarikan lirih karena terangsang- Anis pun mempercepat sangat bersalah, dengan tergopoh-gopoh Anis segera membersihkannya. Saat itulah, Safiq tiba-tiba terbangun. Eh, umi… gumamnya tanpa tahu apa yang mengelap sisa sperma Safiq ke ujung dasternya, Ayo sholat dulu, sayang. katanya dengan nada suara dibuat senormal mungkin, padahal dalam hati ia sangat memperhatikan cairan putih kental yang berceceran di perutnya. Untuk yang ini, Anis tidak sempat membersihkannya. Ini apa, Mi? Safiq mengambil cairan itu dan mempermainkan di ujung jarinya, lalu mengendusnya ke hidung. Ih, baunya aneh. bocah itu tersenyum, Tidak apa-apa, itu tandanya kamu sudah mulai memandang umi-nya, Dewasa? Safiq nggak ngerti. Maksud Umi apaan? Umi jelaskan, sekarang mandi dulu ya. Anis membimbing putra kesayangannya turun dari menggeleng, Nggak mau ah, Mi. Dingin!Eh, harus. Kalau nggak, nanti badanmu kotor terus. Ini namanya mandi besar. terang besar? tanya Safiq, lagi-lagi tidak iya. Kamu kan belum pernah melakukannya. Ya udah, ayo Umi ajarin. Anis mengajak Safiq untuk beranjak ke kamar ruang tengah, dilihatnya mas Iqbal kembali tidur setelah menunaikan sholat subuh. Sudah kebiasaan laki-laki itu, malam melek untuk sholat tahajud, habis subuh tidur lagi sampai waktu sarapan tiba. Dengan bebas Anis membimbing Safiq masuk ke kamar bajumu, katanya dengan patuh melakukannya. Ia tidak risih melakukannya karena sudah biasa telanjang di depan ibu angkatnya. Tak berkedip Anis memperhatikan penis Safiq yang kini sudah mengkerut dan kembali ke ukuran baca Bismillah, lalu niat untuk menghilangkan hadast besar. kata Safiq baru dapat hadast besar ya? tanya Safiq pada ibu angkatnya yang cantik dengan sabar menjawab, Iya, kamu tadi mimpi enak kan? mengangguk, Iya sih, tapi Safiq sudah lupa ngimpiin masalah, itu namanya kamu mimpi basah. Itu tanda kedewasaan seorang laki-laki. Dan sehabis dapat mimpi itu, kamu harus mandi besar biar badanmu suci lagi. sahut mengangguk mengerti. Terus, selanjutnya apaan, Mi?Selanjutnya… basuh kemaluanmu seperti ini, Anis meraih penis Safiq dan mengguyurnya dengan air. Ajaib, bukannya mengkeret karena terkena air dingin, benda itu malah mendongak kaku dan perlahan kaku dan menegang karena usapan tangan enak… Safiq jadi serba salah, cepat ia menarik tangannya. Eh,Tapi Safiq dengan kuat menahan, Lagi, Mi… enak, pandangan mata yang sayu dan memelas itu, Anis jadi tidak tega untuk menolak. Tapi sebelumnya, ia harus memastikan segalanya aman dulu. Dikuncinya pintu kamar mandi, lalu ia berbisik pada sang putra. Jangan berisik, nanti Abimu bangun. sambil tangan kanannya mulai mengocok pelan batang penis mengangguk. Yang kurang ajar, untuk meredam teriakannya, ia meminta nen pada Anis. Plis, Mi. Safiq nafas -karena merasa dipecundangi- Anis pun memberikan bongkahan payudaranya. Jadilah, di kamar mandi yang sempit itu, ibu serta anak yang seharusnya saling menghormati itu, melakukan hal buruk yang sangat dilarang agama. Safiq menggelayut di tubuh montok ibu angkatnya, sambil mulutnya menyusup ke bulatan payudara dan kental sekali cairan itu, meski tidak seputih yang pertama, tapi pemandangan itu sudah cukup membuat Anis jadi horny. Wanita itu merasakan celana dalamnya jadi basah. Tapi tentu saja ia tidak mungkin menunjukkannya pada Safiq, bocah itu tidak akan mengerti. Jadi cepat-cepat ia bersihkan semuanya, takut mas Iqbal yang sedang tertidur di ruang tengah tiba-tiba bangun dan memergoki ulah Safiq menarik nafas panjang sambil mendesah puas, Terima kasih, Mi. Nikmat banget. Badan Safiq jadi mengangguk mengiyakan. Sudah, sekarang mandi sana. Ulangi semuanya dari tersenyum, dan dengan bimbingan dari ibu angkatnya yang cantik, iapun melakukan mandi wajib saat itu, level permainan mereka jadi sedikit meningkat. Anis tidak cuma memberikan payudaranya, tapi kini juga harus memuaskan Safiq dengan tangannya. Dan si bocah, tampak senang-senang saja menerimanya. Siapa juga yang bakal menolak kenikmatan seperti itu. Dan sampai saat ini, Anis masih belum juga hamil, padahal ia dan mas Iqbal tidak pernah lelah dibuktikan Safiq saat mereka berbincang berdua sambil menunggu mas Iqbal yang bekerja lembur. Berdua mereka duduk di sofa ruang tengah, di depan televisi. Mereka mengobrol banyak, mulai dari sekolah Safiq hingga saat-saat intim mereka berdua yang menjadi semakin sering. Kamu nggak bosen nenen sama Umi?Dengan mulut penuh payudara, Safiq berusaha untuk menjawab, Ehm… enggak, Mi. Susu umi enak banget!Saat aku kocok gini, enak juga nggak? tanya Anis yang tangannya mulai menerobos ke dalam lipatan sarung melenguh pelan saat merasakan jari-jari Anis melingkupi batang kemaluannya dan mulai mengocok pelan benda coklat panjang itu. Hmm, enak, Mi. sahutnya tersenyum, dan melanjutkan aksinya. Terus ia permainkan batang penis sang putra angkat hingga Safiq melenguh kencang tak lama kemudian. Badan kurusnya kejang saat spermanya berhamburan mengotori sarung dan tangan Anis. Mereka terdiam untuk beberapa saat. Anis memperhatikan tangannya yang belepotan sperma, dan selanjutnya mengelapkan ke sarung kasih, Mi. gumam Safiq di sela-sela pelukan mengecup pipinya lalu membimbing anak itu untuk pindah ke kamar, sekarang sudah waktunya untuk tidur. Tapi Safiq tidak langsung beranjak, ia tetap duduk di sofa, sementara Anis sudah berdiri di hadapannya. Safiq menengadah memandangnya dengan tatapan sayu. Dengan nada bergetar, bocah itu berucap, Safiq sayang Umi, sambil mulutnya mendekat untuk mencium kemaluan jadi bingung, mau menolak, tapi takut membuat Safiq kaget dan malu. Dibiarkan, ia tahu apa yang diinginkan bocah kecil itu. Belum sempat menjawab, tangan Safiq sudah menyusup ke balik dasternya untuk mengusap paha Anis dari luar. Dan terus makin ke atas hingga menemukan CD yang membungkus pantat tebakannya itu ternyata salah. Memang Safiq cuma mencium pelan, hanya bagian luar yang dijamah oleh bocah kecil itu. Tapi itu cuma awal-awal saja, karena selanjutnya, saat melihat tidak ada penolakan dari diri Anis, iapun melakukan yang sebenarnya, Safiq mengangkat salah satu kaki Anis ke sandaran sofa hingga kini selangkangan sang ibu angkat terbuka jelas di depan Anis melenguh, tubuh sintalnya mulai bergetar. Ia yang awalnya ingin menolak, kini malah terdiam mematung. Anis pasrah saja saat bibir kemaluannya mulai disentuh oleh Safiq, dari mulai jilatan yang sopan hingga semakin lama menjadi semakin gencar. Akhirnya Anis malah merapatkan kemaluannya ke bibir Safiq dan tanpa sadar mulai menggoyangkan Anis merasakan lidah Safiq semakin kuat menari dan menjelajahi seluruh lekuk kemaluannya. Ia merasakan cairan kewanitaannya semakin deras mengalir seiring dengan rangsangan Safiq yang semakin kuat. Entah darimana bocah itu belajar, tapi yang jelas, jilatan dan hisapannya sungguh terasa yang tidak mengetahui kalau Anis akan mencapai puncak, terus menghisap kuat-kuat disana. “Uuhh…” didengarnya sang ibu angkat melenguh sambil menghentak-hentakkan pinggulnya. Dari dalam lubang surga yang tengah ia nikmati, mengalir deras cairan bening yang terasa agak sedikit kecut. Baunya pesing, seperti bau air Safiq menarik kepalanya, tapi tak urung, tetap saja beberapa tetes air mani itu membasahi mukanya. Diperhatikannya Anis yang saat itu masih merapatkan kaki dengan tubuh mengejang-ngejang pelan. Selanjutnya, tanpa suara, istri Iqbal itu jatuh lunglai ke atas sofa, menindih badan kurus Safiq ke dalam terdiam untuk beberapa saat. Anis berusaha untuk mengatur nafasnya, sementara Safiq dengan polos melingkarkan tangan untuk mengusap-usap bokong bulat Anis yang masih terbuka kamu b-belajar seperti i-itu, Fiq? tanya Anis saat gemuruh di dadanya sedikit mulai memandangnya, Dari Umi, jawabnya ngawur kamu, Umi nggak pernah ngajarin yang seperti itu. sergah Anis sedikit nggak pernah, tapi Umi pernah memintanya. sahut Maksud kamuSafiq pun berterus terang. Kemarin ia memergoki kedua orang tua angkatnya bercinta di ruang tengah, di sofa dimana mereka tengah berpelukan sekarang. Saat itu Anis meminta agar mas Iqbal mengoral kemaluannya, tapi laki-laki itu menolak dengan alasan jijik dan dilarang oleh ajaran agama. Anis memang kelihatan kecewa, tapi bisa sudah salah paham, Fiq, di luar dugaan, bukannya senang, Anis malah terlihat Mi? tanya Safiq menjilat, kamu pasti akan melakukan hal lain, seperti yang kamu tonton kemarin malam. Benar kan? tuduh terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Memang sempat terbersit di hati kecilnya untuk melakukan apa yang sudah diperbuat kedua orang tua angkatnya. Sepertinya nikmat sekali. Sebagai seorang remaja yang baru tumbuh, ia jadi penasaran, dan ingin merasakannya juga. Safiq sama sekali tidak mengetahui kalau itu sangat-sangat dilarang dan tidak ini salah Umi juga. keluh Anis, pelan ia menarik tubuhnya dan duduk di sisi Safiq. Tangan Safiq yang terulur untuk memegangi bongkahan payudaranya, ditepisnya dengan halus. Safiq jadi terdiam dan menarik diri. Anis merapikan bajunya Mi. lirih Safiq dengan muka menunduk, sadar kalau sudah melakukan kesalahan apa-apa. Tapi mulai sekarang, jangan nenen sama Umi lagi, kamu sudah besar. putus Anis sambil bangkit dan beranjak menuju kamar, meninggalkan Safiq sendirian di ruang tengah menyesali kebodohannya.***Esoknya, Anis menyiapkan sarapan dalam diam. Dia yang biasanya ramah dan ceria, hari ini terlihat seperti menanggung beban berat. Mas Iqbal bukannya tidak mengetahui hal itu, tapi dia mengira Anis cuma lagi PMS saja. Tapi setelah ditunggu berhari-hari, dan sang istri tercinta tetap cemberut saja, bahkan cenderung keras hati, iapun mulai apa, Nis? Kuperhatikan, kamu berubah akhir-akhir ini. Ceritakanlah, siapa tahu aku bisa menggeleng, Ah, nggak, Mas. Tidak ada apa-apa, aku cuma lagi capek bekerja terlalu keras. Ingat, kita kan lagi program hamil. Mas Iqbal berusaha untuk tersenyum, Iya, Mas. Dan saat sang suami merangkul lalu mengecup bibirnya untuk diajak menunaikan sunnah rasul, iapun berusaha melayani dengan sepenuh hati. Siapa tahu, dengan begitu ganjalan di relung hatinya bisa cepat harapan tetap tinggal harapan. Bukannya hilang, hatinya malah semakin resah. Apalagi saat melihat Safiq yang mulai menjauhinya. Bukan salah bocah itu juga, Anis juga jarang mengajaknya bicara berdua seperti dulu. Sejak peristiwa di ruang tengah itu, mereka jadi seperti dua orang asing, hanya saat benar-benar perlulah mereka baru bertegur sisi lain, Anis juga seperti kehilangan sesuatu. Penis Safiq yang besar dan panjang terus menghantui pikirannya, juga jilatan dan hisapan bocah itu di atas gundukan payudaranya, dan yang terutama, kuluman Safiq di lubang vaginanya yang sanggup mengantar Anis meraih orgasmenya. Semua itu ia rindukan, meski dalam hati terus berusaha ia mulai meneteskan air mata. Pikirannya kacau, campur aduk antara ingin menolak dan minta ditiduri oleh Safiq. Ada rasa ingin merasakan, tapi juga ada rasa takut akan dosa. Tapi adzan subuh yang berkumandang lekas menyadarkannya, cepat ia menghapus air mata dan mengambil air wudhu. Ia harus benarkah seperti itu?Semuanya berubah saat Anis menerima surat panggilan dari sekolah keesokan harinya. Safiq memberikannya dengan takut-takut, M-maaf, Mi. gagap bocah kecil menjawab, Anis menerimanya dan membacanya di kamar. Siangnya, bersama Safiq, ia pergi ke turun, Bu. Sangat jelek sekali. kata ibu kepala sekolah yang gemuk berusaha untuk tersenyum dan meminta ada masalah di rumah? tanya ibu kepala sekolah. Dulu Safiq itu sangat pintar, salah satu yang terpandai di kelas. Tapi sepertinya sekarang lagi mengalami penurunan sepertinya tidak ada. jawab Anis berbohong, padahal dia sangat tahu sekali apa yang dipikirkan anak angkatnya saya harap ibu membantu kami untuk mengembalikan semangat belajarnya. Kalau begini terus, ia bisa tidak naik kelas. pesan ibu kepala sekolah sebelum mengakhiri pertemuan pun mengucapkan terima kasih dan memohon diri. Dilihatnya Safiq yang meringkuk ketakutan di sampingnya. Dipeluknya bocah kecil itu dan berbisik, Umi tunggu di rumah, belajar yang rajin ya…Safiq mengangguk. Mereka pun berpisah, Anis kembali ke rumah, sementara Safiq meneruskan saat pulang dari sekolah, Safiq mendapati ibunya menyambut di ruang tamu. Wanita itu memeluknya dengan erat. Maafkan Umi, Fiq. Gara-gara Umi, kamu jadi begini. kata Anis lirih sambil berlinang air sempat Safiq berkata, Anis sudah menunduk dan melumat bibirnya dengan lembut. Dicium untuk pertama kali, tentu saja membuat Safiq jadi gelagapan, tapi ia cepat belajar. Saat bibir Anis terus mendecap dan menempel di bibirnya, iapun mengimbangi dengan ganti melahap dan menghisapnya rakus. Dinikmatinya lidah sang bunda yang kini mulai menjelajah di Mi, Safiq melenguh, sama sekali tak menyangka kalau akan diberi kejutan menyenangkan seperti Anis kembali membungkam bibirnya. Diam, Sayang. Umi ingin menebus kesalahan kepadamu. Pelan Anis menarik tangan Safiq dan ditempelkan ke arah gundukan payudaranya. Kamu kangen ini kan? tanyanya sambil tersenyum polos Safiq mengangguk dan mulai meremas-remas pelan. Jari-jarinya memijit untuk merasakan tekstur bulatan yang sangat menggairahkan itu. Seperti biasa, ia tidak bisa mencakup seluruhnya, payudara itu terlalu besar. Safiq bisa merasakan kalau Anis tidak memakai BH, tubuh sintalnya cuma dibalut daster hijau muda yang sangat tipis sehingga ia bisa menemukan putingnya dengan sambil memanggil nama sang bunda, Safiq meneruskan jelajahannya. Ia tarik tali daster Anis ke bawah hingga baju itu turun ke pinggang, menampakkan buah dada sang bunda yang sungguh besar dan menggiurkan. Safiq memandanginya sebentar sebelum lehernya maju untuk mulai mencucup dan menjilatinya, sambil tangannya terus meremas-remas merebahkan diri di sofa, dibiarkannya Safiq menindih tubuhnya dari atas. Bibir bocah itu terus menelusur di sepanjang bukit payudaranya, mulai dari pangkal hingga ujungnya, semuanya dihisap tanpa ada yang terlewat. Beberapa kali Safiq membuat cupangan-cupangan yang membikin Anis merintih merintih keenakan, Anis membimbing salah satu tangan Safiq untuk turun menjamah kemaluannya yang sudah sangat basah. Ia sudah menanti hal ini dari tadi. Sepulang sekolah, Anis berpikir dan merenung, Safiq jadi malas belajar karena perseteruan mereka tempo hari. Maka, untuk meningkatkan kembali semangat bocah kecil itu, inilah yang bisa ia dikira mudah melakukannya. Anis sudah menimbang dengan matang, memikirkan segala resikonya, dan tampaknya memang inilah jalan yang terbaik. Selain bagi Safiq, juga bagi dirinya sendiri. Karena tak bisa dipungkiri, Anis menginginkannya juga, hari-harinya juga berat akhir-akhir ini. Pesona kemaluan Safiq yang besar dan panjang terus mengganggu tidur semua rasa tubuh Anis begitu Safiq mulai memainkan jari di lubang vaginanya. bocah itu menggesek-gesek kelentitnya pelan sebelum akhirnya menusukkan jari ke dalam lubangnya yang sempit dan gelap. Ough, Anis merintih nikmat. Di atas, bibir Safiq terus bergantian menjilati puting kiri dan kanannya sambil sesekali menghisap dan menggigitnya mendorong kepala bocah kecil itu, meminta Safiq untuk beranjak ke bawah. Safiq yang mengerti apa keinginan sang bunda, segera menurunkan ciumannya. Ia jilati sebentar perut Anis yang masih langsing dan kencang sebelum mulutnya parkir di kewanitaan perempuan yang sudah membiayai hidupnya Fiq! Anis meminta sambil membuka kakinya lebar-lebar, memamerkan kemaluannya yang sudah becek memerah pada bocah menelan ludah, memandangi sebentar lubang indah yang terakhir kali dilihatnya sebulan yang lalu itu. Perlahan mulutnya turun saat Anis menarik kepalanya. Safiq menjulurkan lidah dan mulai menciuminya. Ia lumat bibir tipis yang tumbuh berlipat-lipat di tengah permukaannya. Bulu kemaluan Anis yang tercukur rapi juga diciuminya dengan senang Safiq bergerak liar, juga cepat dan sangat dalam. Namun yang membuat Anis tak tahan adalah saat lidah bocah itu masuk diantara kedua bibir kemaluannya sambil menghisap kuat-kuat kelentitnya. Lama tidak bertemu, rupanya Safiq jadi tambah lihai sekarang. Diam-diam Anis bersyukur dalam hati, rupanya ia tidak salah membuat terus memainkan kemaluan Anis. Mulutnya menghisap begitu rakus dan kencang, hingga dalam beberapa menit, membuat sang bunda jadi benar-benar tak tahan. Auw… arghh! Mengejang keenakan, Anis pun berteriak sekuat tenaga sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Kelentitnya yang sedang dijepit oleh Safiq, berkedut kencang saat cairannya menyembur deras membasahi lantai ruang hah, terengah-engah, Anis meremas pelan rambut Safiq yang duduk berjongkok di Mi? tanya bocah kecil itu dengan polos, matanya menatap sang bunda sebelum beralih memandangi selangkangan Anis yang masih mengucurkan sisa-sisa cairan mengangguk, Nikmat banget, Sayang. bisiknya sambil berusaha untuk kemana, Mi? tanya Safiq cepat, takut tidak mendapatkan pindah ke kamar, disini terlalu berbahaya, nanti dipergoki sama tetangga. sahut Anis. Ditariknya tangan sang putra untuk masuk ke dalam rumah. Beriringan mereka menuju kata Anis saat melihat Safiq ingin berbelok ke kiri. Safiq segera memutar langkahnya, kamar mereka memang dalam, tanpa menunggu lama, Safiq segera menelanjangi diri. Begitu juga dengan Anis. Dengan tubuh sama-sama telanjang, mereka naik ke atas tempat tidur. Kamu pengen nenen? tanya Anis sambil mendekap kepala Safiq dan lekas ditaruhnya ke atas gundukan menjawab, Safiq segera mencucup dan menciumi dua benda bulat padat itu. Dihisapnya puting Anis dengan begitu rakus sambil tangannya bergerak meremas-remas pelan. Di bawah, penisnya yang sudah ngaceng berat terasa menyundul-nyundul lubang kelamin ayo masukkan! pinta perempuan cantik itu. Ia membuka pahanya lebar-lebar sehingga terasa ujung penis Safiq mulai memasuki Mi, didorong gini? tanya Safiq polos sambil berusaha menusukkan begitu… oughhh! Anis melenguh, penis Safiq terasa membentur keras, tapi tidak mau masuk. Dengan pengalamannya, Anis bisa mengetahui penyebabnya. Maka dengan cepat ia bangkit berdiri dan meraih penis Safiq, lalu dimasukkan ke dalam Mi! Safiq menjerit, sama sekali tak menyangka kalau sang bunda akan berbuat seperti itu. Dan asyiknya lagi, rasanya ternyata begitu nikmat, lebih nikmat daripada dikocok pake tangan. Safiq mulai mengerang-erang dibuatnya, tubuhnya kelojotan, dan saat Anis menghisap semakin kuat, iapun tak tahan Anis yang sama sekali tidak menyangka kalau Safiq akan keluar secepat itu, jadi sangat kaget. Beberapa sperma si bocah sempat tertelan di mulutnya, sisanya yang sempat ia tampung, lekas ia ludahkan ke Mi. kata Safiq dengan muka memerah menahan nikmat, lelehan sperma tampak masih menetes dari ujung penisnya yang tersenyum penuh pengertian, Tidak apa-apa. Bukan salahmu, sebulan tidak dikeluarkan pasti bikin kamu nggak kelegaan, Safiq menyambut sang bunda yang kini berbaring di sebelahnya. Mereka saling berpelukan dan berciuman. Tapi dasar nafsu remaja, begitu payudara Anis yang besar menghimpit perutnya, sementara paha mereka yang terbuka saling bergesekan, dengan cepat penis Safiq mengencang kembali.“Eh, udah tegang lagi tuh. kata Anis gembira sambil menunjuk penis Safiq yang perlahan menggeliat Mi. Safiq ikut mengocoknya sebentar agar benda itu makin cepat kaku dan menegang. Saat sudah kembali ke ukuran maksimal, ia lekas mempersiapkan diri. Rasanya sudah tidak sabar lubang vaginanya yang gatal dimasuki oleh kemaluan muda itu. Anis memejamkan mata saat Safiq mulai mendekap sambil terus menciumi bibirnya, ia merasakan bibir kemaluannya mulai tersentuh ujung penis si bocah dulu, Anis menjulurkan tangan, sebentar ia usap-usapkan ujung penis Safiq ke bibir kemaluannya agar sama-sama basah, barulah setelah itu ia berbisik, Sudah, Fiq, masukkan sekarang! Anis memberi mulai mendorong. Pelan Anis mulai merasakan bibir kemaluannya terdesak menyamping. Sungguh luar biasa benda itu. Ohh, Anis benar-benar merasakan kemaluannya nikmat dan penuh sesak. Safiq terus mendorong, sementara Anis menahan nafas, menunggu pertautan alat kelamin mereka tuntas dan selesai Anis mendesah tertahan saat penis Safiq terus meluncur masuk, membelah bibir kemaluannya hingga menjadi dua, memenuhi lorongnya yang sempit hingga ke relungnya yang terdalam, sampai akhirnya mentok di mulut rahimnya yang terdiam untuk sejenak, saling menikmati rangsangan kemaluan mereka yang kini sudah bertaut sempurna, begitu erat dan intim. Rasanya sungguh luar biasa. Safiq bergidik sebentar saat merasakan Anis yang mengedutkan-ngedutkan dinding rahimnya, memijit batang penisnya dengan remasan pelan. Safiq membalas dengan kembali mencium bibir dan payudara sang bunda, sambil tangannya tak henti-henti meremas-remas bulatannya yang padat detik berlalu. Saat Anis sudah merasa cukup, iapun meminta Safiq untuk mulai menggerakkan pinggulnya. Pelan-pelan aja, nggak usah buru-buru. Kita nikmati saat-saat ini. Abi-mu masih lama pulangnya, dia lembur malam ini. kata mengerti, Safiq pun mulai memompa pinggulnya. Gerakannya begitu halus dan pelan, meski terlihat agak sedikit kaku. Maklum, masih pengalaman pertama. Tapi itu saja sudah sanggup membuat Safiq merintih keenakan, ia benar-benar cepat terbawa ke puncak kenikmatan yang belum pernah ia alami yang melihatnya jadi panik. Tahan dulu, Fiq. Tahan sebentar! bisiknya, ia tidak mau permainan ini berhenti begitu cepat. Ia baru mulai merasa apa mau dikata, jepitan kemaluan Anis terlalu nikmat bagi seorang perjaka seperti Safiq. Diusahakan seperti apapun, bocah itu sudah tak mampu lagi. Maka hanya dalam waktu singkat, Safiq pun menjerit dan kembali menumpahkan spermanya. Kali ini di dalam kemaluan Anis. Cairannya yang kental berhamburan saat Safiq ambruk menindih tubuh bugil sang bunda dengan nafas Safiq! meski terlihat kecewa, namun Anis berusaha untuk memakluminya. Ia belai punggung Safiq dengan lembut. Penis bocah itu yang masih menancap di lorong vaginanya, masih terasa berkedut-kedut, menguras segala isinya. Anis merasakan liangnya jadi begitu basah dan terus berpelukan untuk beberapa saat hingga tiba-tiba Anis menjerit kaget, Ah, Fiq! tubuh montoknya sedikit terlonjak saat merasakan penis Safiq yang tiba-tiba saja kaku dan menegang kembali. Cepet banget! pujinya gembira. Diciumnya bibir bocah itu sebagai cuma tersenyum dan kembali memperbaiki posisi. Ia sudah siap untuk beraksi. Sambil melumat bibir dan leher Anis, ia mulai menggerakkan pinggulnya. Remasan tangannya di payudara sang bunda juga kembali gencar, secepat tusukannya yang kini sudah mulai lancar dan tahan terus, Fiq. Yah, begitu! Anis yang menerimanya, merintih dan menggeliat-geliat tak terkendali. Tubuh montoknya menggelepar hebat seiring goyangan Safiq yang semakin kuat. Dengan tusukannya yang tajam, bocah itu membuat vagina Anis menegang dan berdenyut pelan, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah ia alami selama enam tahun pernikahannya dengan mas Iqbal.“Fiq, ooh… oohh… terus… arghhh…” Anis sendiri terkejut oleh teriakannya yang sangat kuat. Pelan tubuhnya bergetar saat cairan kenikmatannya menyembur yang juga kesetanan terus memompakan kemaluannya berulang kali, dan tak lama kemudian ikut menggelepar. Wajahnya yang tampan menengadah, sementara kedua tangannya mencengkeram dan menekan payudara Anis kuat-kuat. Di bawah, spermanya yang kental kembali meledak di dalam vagina sang bunda, memancar berulang kali, hingga membuat rahim Anis jadi begitu basah dan Anis melenguh merasakan banyak sekali cairan kental yang memenuhi liang selesai, Safiq memiringkan tubuh sehingga tautan alat kelamin mereka tertarik dan terlepas dengan sendirinya. Tangannya kembali meremas lembut payudara Anis sambil bibirnya menciumi wajah wanita yang sangat dikasihinya ini. Anis senang dengan perlakuan Safiq terhadap dirinya.“Fiq, kamu sungguh luar biasa. puji Anis kepada putra angkatnya. Cepet banget tegangnya, padahal barusan tersenyum, Trims, Umi. Safiq senang bisa membuat Umi kamu juga nikmat kan? goda saja, Mi. Safiq lagi? tawar nggak capek? Safiq bertanya umi yang tanya begitu, sahut Anis, dan mereka tertawa berbarengan.***Sejak saat itu, hubungan mereka pun berubah. Bukan lagi seorang ibu dan anak, tetapi berganti menjadi sepasang kekasih yang selalu berusaha untuk memuaskan nafsu masing-masing. Kapanpun dan Safiq kembali meningkat, bahkan lebih dari sebelumnya. Sementara Anis, mendapat hikmah yang paling besar. Ia kini hamil, sudah jalan 2 minggu. Sudah jelas itu anak siapa, tapi sepertinya mas Iqbal tidak curiga. Malah laki-laki itu kelihatan sangat senang dan gembira, sama sekali tidak curiga saat Anis kelepasan ngomong, Selamat, Fiq, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah,
| Πэтро хриπιβивሳ | ዞеդ оዴօскуσ | Εւоրεцοсև ицιпрыκа ечиኜ |
|---|
| ኗρудочኒтε кросቾктаኼ оն | Еδоኼ հотиф | Ոмጽջግሁምхስ զ бιፃθжавсቂ |
| Оки к | Ωп уба ерիци | ኇէռεз ոвсեхрሂ |
| Ψիኁиπотрጼк чխ | Суጹ опωքотру скомε | Ըктинеኙо վ ዟщутрኮβож |
Cerita Sex: Ibu Tiriku Yang Angkuh - Perkenalkan Nama ku Brian dan panggil aja Brian, Hari Minggu ini sebenarnya aku sedikit malas dengan permintaan ayahku agar aku mengantar Bu Yuli yang saat itu menjadi ibu tiriku paska pernikahan ayahku 4 bulan lalu dengannya, Ia adalah istri ketiga ayahku. Karena Bu Yuli orangnya sangat judes, pelit dan sombong, aku sangat membencinya.
Kesetiaan sudah pasti ada ganjarannya. Begitulah juga kisahnya tentang dua beranak ini. Kalsom merupakan janda yang diceraikan suami. Kecurangannya yang dapat dihidu suaminya mengakibatkan dia diceraikan. Kedua-dua anak mereka yang masih bersekolah dijaga bekas suaminya. Hanya anak bujangnya, Ali sahaja yang ingin tinggal bersama dengannya kerana ingin menjaga duduk sendirian di pangkin di bawah pohon jambu. Matanya merenung kosong ke kawasan kebun getah yang terletak di sebelah rumah. Kebun getah peninggalan arwah ibu bapanya terbiar bersemak. Kelihatan kelibat seorang lelaki sedang menebas semak yang meninggi. Lelaki itu adalah anaknya Ali. Tuala kecil diambil dan dilap peluh di masak di dalam botol diteguknya perlahan-lahan. Cuaca panas membahangkan dirinya. Kemudian punggung yang bulat dan sendat dibaluti seluar trek itu pun bangun dari pangkin. Kalsom berjalan menuju ke arah anaknya. Lenggokkan punggung janda 42 tahun itu seakan mahu mengoyakkan seluar treknya. Pehanya yang mengayun langkah kakinya kelihatan sendat menggebu dan licin dibaluti seluar Kalau penat rehatlah dulu. Biar ibu pula sambung menebas. Kalsom bersuara sebaik dia menghampiri pe bu.. Ali belum penat lagi. Kalau ibu nak sambung menebas boleh buat kat belah sana. Ali belum usik lagi kat situ. kata Ali yang sedang berdiri termengah-mengah. Peluh kelihatan menitik di pun menyambung menebas semak yang menguasai kawasan kebun getah tua itu. Mereka membersihkan kebun bersama-sama lantaran itu adalah sumber pendapatan mereka buat sementara waktu sebelum Ali memperolehi kerja yang kerja keras mereka anak beranak, akhirnya bersih juga kebun getah yang telah berhari-hari mereka berdua kerjakan. Maka bermula sudah hasil pengumpulan susu getah dari pokok-pokok yang sudah tua itu. Sebulan mereka berdua menoreh, hasilnya berjaya juga mereka kecapi. Meskipun hasil tidak sebanyak pokok muda, namun dapat juga menampung kehidupan mereka satu pagi yang gelap. Jam baru menunjukkan pukul pagi. Suasana masih gelap di dalam kebun getah sementara mereka anak beranak sedang sibuk menoreh dari pokok-pokok getah. Namun, sesungguhnya malang tidak berbau. Keadaan yang hanya di terangi pelita membuatkan suasana agak suram dan lebih kepada kegelapan berbanding Kalsom menuju dari satu pokok ke pokok lain, kakinya terpijak dahan pokok getah dan akibatnya dia tergelincir alu jatuh terduduk di atas dahan yang dipijaknya itu. Kesakitan di punggungnya membuatkan Kalsom mengadoi kuat. Ali yang kebetulan berada berhampiran berlari mendapatkan ibunya yang terduduk di atas Macam mana boleh jadi macam ni bu? Ibu ok? tanya Ali kerisauan sambil mengangkat tubuh montok berkerut muka menahan sakit di punggung. Dia memaut bahu Ali untuk bangun sementara Ali memaut punggung ibunya bagi membantunya berdiri. Kelembutan daging punggung Kalsom yang lebar itu bagaikan mengalirkan elektrik ke tubuh mereka anak beranak. Ali seperti baru bangun dari mimpi. Baru dia sedar bahawa ibunya itu memiliki punggung yang cantik dan hairan jika di usia yang dikira berumur sebegitu ibunya pernah diratah lelaki lain hingga berlakunya perceraian. Kalsom juga turut merasai sesuatu yang pelik disaat anaknya mengangkat punggungnya. Dirasakan tangan Ali bagaikan memberinya satu belaian yang mantap. Sudah lama dia tidak merasai punggungnya di belai dan di ramas tangan sasa terakhir adalah sewaktu bersama kekasihnya, Murad. Kejadian yang memberinya kenikmatan setelah seharian melakukan persetubuhan luar nikah di bilik hotel murahan lantaran terlalu mengikutkan nafsu dan kata-kata Murad yang mengidamkan punggungnya. Bukan sekali dua, malah berkali-kali mereka pernah entah apa malangnya pada hari itu mereka di serbu pegawai pencegah maksiat. Air mani yang masih belum kering dan membasahi kainnya menjadi bukti dimahkamah. Air mani Murad yang dilepaskan di dalam dubur Kalsom menjadi saksi persetubuhan yang enak telah berlaku antara mereka berdua. Fikiran Kalsom melayang mengenang kisah hitam dalam hidupnya itu Kalsom tidak menoreh. Dia berehat di rumah sahaja. Punggungnya masih lagi terasa sakitnya. Selepas menyiapkan sarapan, Kalsom menyambar sebotol minyak urut dan membuka penutupnya. Simpulan kain batik dileraikan hingga kainnya longgar jatuh ke lantai. Kalsom melumur minyak urut di punggung. Di sapu dan diurut perlahan-lahan bagi melegakan sampai ke rumah selepas siap menoreh. Belum sempat dia ingin memberi salam, matanya terpaku melihat ibunya dari luar tingkap dapur. Ibunya berdiri separuh bogel di tepi meja makan. Hanya baju t membaluti tubuhnya. Dari pinggang hinggalah ke hujung kakinya, tiada seurat benang yang membaluti kulit batik lusuh ibunya terperuk di atas lantai. Kelihatan ibunya sedang menyapu minyak di punggungnya yang bulat dan lebar. Mata Ali hampir terbeliak melihat punggung pejal ibunya berkilat disaluti minyak urut. Tubuh ibunya melentik hingga punggungnya kelihatan semakin tonggek. Air liur jantan berkali-kali segera pergi dari situ. Dia melabuhkan punggung di atas pangkin di tepi rumah. Air bekal dalam botol di letakkan di sebelahnya. Matanya merenung ke tanah. Fikirannya bercelaru. Ali keliru tentang perasaannya ketika itu. Antara berahi dan hormat kepada ibunya. Ali serba salah kerana berahi kepada punggung jom sarapan sama-sama. teriak ibunya di pintu dapur. Ali berpaling melihat ibunya. Dia tersenyum lantas bangun menuju ke pintu bersarapan, Ali tidak senang duduk. Wajah matang ibunya yang masih cantik itu sesekali ditatapnya. Ali gelisah di dalam hati. Susuk tubuh ibunya yang separuh telanjang di dapur bermain-main di fikirannya. Ali berasa malu kepada dirinya sendiri. Dia berasa sangat malu kerana berahi melihat bersarapan, Kalsom mengemas meja dan mencuci pinggan dan cawan di sinki dapur. Ali yang baru keluar dari bilik hanya tuala melilit tubuhnya. Sewaktu dia melangkah ke bilik air, dia terpandang susuk tubuh ibunya yang montok sedang berdiri di sinki. Pergerakan ibunya mencuci membuatkan punggungnya berhayun di dalam kain batik lusuh yang serta merta berhenti melangkah. Dia terpaku melihat lenggokkan punggung ibu kandungnya yang tonggek dan menggoda. Baju t ibunya terselak di pinggang membuatkan punggung montoknya terdedah kepada tatapan mata anak muda itu. Seludang mayang Ali kembali bangkit di dalam tuala mandinya. Kelihatan begitu menonjol kelengkangnya di tunjal alat sulit kelakiannya dari dalam tidak mampu lagi menanggung ghairah. Segera Ali ke dalam bilik air. Tuala segera di sangkut di ampai. Bertelanjang Ali di dalam bilik air bersama tegaknya batang besinya ke hadapan. Tangan di basahkan dan di lumurkan sabun. Seludang mayangnya yang keras keghairahan dirocoh laju. Ali kegelinjangan berdiri dalam terpejam. Bayangan punggung ibunya bermain-main difikiran. Ali ghairah. Punggung ibunya menjadi bahan impian nafsu onaninya. Ali semakin gelisah. Air senyawanya hampir terkeluar dari sarungnya. Ali mengocok semakin laju. Akhirnya memancut sudah air benih yang pekat dan banyak ke lantai bilik punggung ibu masih sakit lagi? tanya Ali kepada Kalsom sakit sangat, cuma sengal-sengal sikit. Kenapa nak? tanya Kalsom kepada ada apa-apa.. Ibu selalu bubuh minyak ye? tanya itu je lah yang ibu rasa serasi. Sesekali tu ibu urut-urut juga. Kata Kalsom sambil tangannya terus mengait di atas kalau Ali nak tolong urutkan boleh tak? tanya terdiam sejenak. Pandangannya terhenti di wajah Ali. Kaitan di tangannya juga turut sama terhenti. Wajah anaknya Ali yang berusia 25 tahun itu di tatapnya. Kemudian dia ke Ali nak urutkan ibu? tanya Kalsom inginkan kepastian dari jom.. ajak Ali sambil terus berdiri dan menarik tangan berdiri dan meninggalkan kaitannya di atas meja. Dia menuruti Ali yang memimpin tangannya. Ali masuk ke dalam bilik Kalsom di susuli ibunya. Ali pun duduk di tebing katil sementara Kalsom mengambil minyak urut di almari solek peninggalan arwah kedua ibu bapanya. Kalsom pun baring di atas geram menatap punggung tonggek ibunya yang membukit dan sendat di dalam kain batik. Ali pun mengusap punggung ibunya. Kalsom berdebar-debar di saat jari jemari anaknya menyentuh dan mengusap punggungnya. Ali pun mula mengurut punggung montok ibunya yang montok. Kelembutan daging punggung yang berlemak itu di usap dan di pijatnya dengan pun mencari simpulan kain batik di pinggang ibunya. Jarinya menjumpainya dan menguraikan simpulannya. Kain batik lusuh itu di lorotkan ke bawah punggung ibunya. Terpampanglah kembali punggung yang pernah dilihatnya beberapa hari lalu. Punggung Kalsom yang montok dan lembut berlemak itu bergegar bagaikan di lumurkan di permukaan punggung Kalsom. Tangan anaknya pun mula mengurut-urut lembut punggungnya yang semakin kilat berminyak itu. Ali nampaknya sungguh khusyuk mengurut punggung ibunya. Minyak yang meratai seluruh punggung ibunya memberikan pemandangan yang sungguh mengasyikkan. Belahan punggung ibunya di sapu agar rata dan Kalsom tidak menentu. Dia sendiri tidak menyangka bahawa punggungnya di urut anak kandungnya sendiri tanpa seurat benang. Dia tidak menyalahkan anaknya, malah dia sendiri yang membenarkan. Jiwa Kalsom bergelora di saat jari jemari anaknya mengurut dan seakan bermain-main di belahan saat pintu duburnya tersentuh jemari anaknya, nafas Kalsom seakan terhenti. Nafsunya seakan meninggi hingga terlentik juga punggungnya diperlakukan sebegitu. Kalsom tahu, dalam seluruh anggota tubuh badannya, hanya punggungnya yang menjadi idaman lelaki. Juga kerana punggungnya jugalah dia telah menikmati perzinaan yang sungguh hangat dan menikmatkan hingga berlaku perceraian angkara sebelum Kalsom berkahwin dengan bekas suaminya dahulu, punggung tonggeknya itulah yang menjadi saksi di hujani air mani bekas kekasihnya setiap kali mereka bertemu dahulu. Walau pun tidak pernah dimasuki kemaluan bekas kekasihnya, namun cukup dengan menggoncangkan alat kelamin kekasihnya itu pun sudah cukup memberikan Kalsom pendedahan kepada kemaluan lelaki sebelum berkahwin cukup arif akan selera dan juga kemahuan lelaki yang mengidamkan punggungnya. Baik bekas suaminya, bekas kekasihnya juga kekasih gelapnya. Masing-masing begitu menggilai punggungnya gara-gara bentuknya yang tonggek dan lebar itu. Bekas suaminya merupakan orang yang pertama merasmikan lubang duburnya dan ianya berlaku sewaktu malam pertama mereka menjadi suami ianya menjadi satu kemudahan untuk mereka suami isteri menjarakkan kandungan. Meskipun ianya menyeksakan ketika pertama kali dinikmati bekas suaminya, namun lama-kelamaan ianya menjadi salah satu pintu nafsu di tubuhnya yang sering kali ingin di puaskan. Ketagihan duburnya di liwat kemaluan lelaki membuatkan Kalsom hidup dalam dunia seksual yang sungguh ianya membawa kepada kecurangan yang semata-mata inginkan keseronokan menikmati kemaluan lelaki lain menikmati lubang duburnya. Tetapi kini, Kalsom serba salah. Nafsunya yang sering sahaja terusik setelah lebih dari sebulan tidak menikmati persetubuhan membuatkan fikiran Kalsom bercelaru. Punggungnya yang di urut penuh keberahian oleh anak kandungnya mengundang perasaan syahwat yang Kalsom menoleh dan melihat anaknya. Kelihatan mata Ali khusyuk mengurut dan membelai punggungnya. Mata Kalsom tertancap kepada bonjolan di kain pelikat anaknya. Nyata anaknya juga sebenarnya terangsang dengan punggungnya. Kalsom menggigit bibirnya menandakan dia begitu geram dengan apa yang serta merta semakin bangkit lebih tinggi dan mengghairahkan. Ali melihat ibunya merenung bonjolan di kain pelikat yang dipakainya. Ali merasakan ibunya seakan menginginkan sesuatu yang lebih menghangatkan suasana. Ali menggenggam seludang mayangnya yang keras di dalam kain pelikat. Kalsom tersentak dan melihat wajah mereka bertentangan. Senyuman terukir di bibir mereka anak beranak. Urutan jari jemari Ali di punggung ibunya semakin penuh dengan keberahian. Kalsom melentikkan punggung dan menggelek-geleknya perlahan seakan berniat menggoda anaknya. Ali semakin ghairah dengan perbuatan ibunya. Lantas Ali menundukkan kepalanya di punggung pun berdiri di tepi katil. Kain pelikatnya akhirnya terlucut juga ke lantai. Ali telanjang bulat di sebelah ibunya. Mata Kalsom tidak mahu berganjak dari melihat kemaluan anak kandungnya yang keras menegang gara-gara berahi kepada punggungnya. Kalsom menonggekkan punggung seakan meminta anaknya membenamkan kemaluan di dalam seakan faham dengan keinginan ibunya. Meskipun tiada kata-kata antara mereka, hanya senyuman dan gerakan tubuh sudah cukup memberikan mesej tersirat di hati masing-masing. Dengan perlahan-lahan Ali merangkak di atas katil dan berada di atas tubuh ibunya. Kemaluannya yang keras memanjang menyentuh punggung ibunya dengan perlahan-lahan bersama debaran yang menggila di sedar, persetubuhan bersama anak kandungnya sudah tidak dapat dielakkan lagi. Malah dia juga begitu merindui tusukan penuh nafsu dari alat kemaluan lelaki di dalam duburnya. Kalsom mengalihkan tangannya ke belakang mencari alat sulit anak lelakinya. Batang keras berurat anak kandungnya di genggam dengan nafas penuh nafsu yang semakin bersarang di seluruh mindanya, Kalsom pun memandu kemaluan anaknya memasuki lorong gelap yang hina itu. Ali bernafas kencang sewaktu ibunya memasukkan kemaluannya ke dalam dubur indah di punggung tonggek yang di berahikannya. Kalsom melepaskan kemaluan anaknya setelah ianya menembusi lubang tidak mahu menunggu lebih lama. Melihatkan anaknya seakan masih teragak-agak memasuki punggungnya, lantas Kalsom melentikkan tubuhnya hingga punggungnya yang tonggek membuatkan batang keras anak kandungnya serta merta menikam lubang duburnya lebih dalam. Ali mendengus kuat di saat seludang mayangnya menerjah lubang najis ibunya semakin kenapa diam nak.. Teruskan nak. Ibu taka pa-apa pujuk Kalsom kepada maafkan Ali sebab buat ibu macam ni kata Ali apa nak teruskan masuk dalam bontot ibu dalam lagi Kalsom dengan tidak malu meminta Ali terus menjolok lubang duburnya lebih sungguh terangsang dengan permintaan ibu kandungnya yang sungguh menggoda itu. Terus sahaja dia menekan kemaluannya hingga habis tenggelam di dalam lubang dubur ibu kandungnya itu. Punggung tonggek Kalsom rapat di tubuh anaknya Ali. Kalsom sungguh terangsang sebaik lubang duburnya penuh dimasuki kemaluan anaknya masih tidak mahu melakukan apa-apa walau pun seluruh kemaluannya sudah pun memenuhi lubang duburnya, Kalsom pun menaikkan punggungnya turun naik membuatkan batang kemaluan anaknya keluar masuk lubang duburnya yang empuk keghairahan melihat tubuh ibunya yang sedang meniarap di bawahnya. Punggung montok ibunya yang lebar itu kelihatan bergegar di saat ibunya menujah kemaluannya. Jelas sekali ia menandakan punggung tonggek ibu kandungnya itu padat dengan lemak yang menyerlahkan ibu penat nak.. Ali teruskan ye sayang. Kalsom meminta Ali meneruskan menujah pun terus menghayun pinggangnya turun naik membuatkan kemaluan kekarnya yang panjang itu menujah lubang kenikmatan yang terhina di punggung ibunya. Keberahian dan perasaan yang sepenuhnya di rasuki nafsu membuatkan Ali semakin enak menyetubuhi ibu kandungnya melalui lubang najis yang sungguh memberikannya ternganga menikmati duburnya di liwat anak kandungnya. Perasaan rindu menikmati lubang duburnya dimasuki kemaluan lelaki akhirnya terubat jua. Nafas Kalsom kencang bersama keberahian akibat keseronokan menikmati kesedapan kemaluan anak kandungnya yang terbenam di belahan punggungnya. Merengek-rengek Kalsom di liwat anak kandungnya Ali rasa macam nak terpancutlah bu.. Ali menyuarakan perasaannya yang sedang sayangg jolok bontot ibu dalam-dalam Pancut dalam nakkk. Ohh Ali Kalsom yang juga semakin kerasukan nafsu meminta dengan penuh ibu. Maafkan Ali. Ali tak tahan lagi. Ali merintih menandakan masanya hampir sedar bahawa anaknya semakin tidak mampu bertahan lagi. Kemaluan anaknya juga dirasakan semakin keras dan menghimpit sempit laluan duburnya. Kalsom tahu, inilah masanya untuk dia kembali menikmati indahnya perasaan lubang najisnya disemburi hujanan mani. Dia ingin menikmati kehangatan air mani memenuhi lubang duburnya seperti benar-benar merindui hebatnya kenikmatan mengeluarkan kembali air mani dari lubang duburnya. Kalsom menaikkan punggungnya setinggi yang boleh. Dia mahu anaknya tergoda dengan pungungnya yang tonggek itu. Dia mahu anaknya terangsang dan melepaskan air maninya di dalam lubang dubur yang empuk dan enak memang yang dijangka. Ali semakin hilang arah. Hayunannya semakin lari temponya. Nafasnya semakin kuat memburu dan erangannya juga semakin kuat kedengaran. Dan Ibuuuuuu!!!!!! Ali merengek kuat sambil menekan kemaluannya hingga keseluruhannya terbenam di dalam dubur air benih lelakinya menyirami ruang gelap di dalam lubang dubur ibu kandungnya. Berkerut muka Ali menikmati persetubuhan terkutuk yang dilakukan di punggung ibunya yang menggoda ohhhh ohhhh Ali. Ohhh Pancut dalam bontot ibu nakkk lagi nakkkk. Kalsom merengek setelah dia merasai cairan hangat yang terpancut dari kemaluan anaknya semakin memenuhi lubang najisnya yang menonggek tubuh Kalsom menikmati benih anak kandungnya memenuhi lubang duburnya. Kalsom sungguh gembira disetubuhi anak kandungnya sendiri. Dia benar-benar menikmati punggung tonggeknya di liwat kemaluan darah ibu sedapnya bontot ibuu. Ahhhh. Ali merintih nikmat melepaskan sisa-sisa benih jantannya di dalam dubur ibu sayanggg Ibu pun suka sayanggg. rengek Kalsom melepaskan ibu. Kalau setiap hari macam ni boleh tak buu Ali menyuarakan keinginannya kepada ibu saja sayanggg. Asalkan Ali tak cerita kat sesiapa. jawab Kalsom kepada anak Ali suka bontot ibu Ali tak kan cerita kat sesiapa bu. Ali sayang ibu. Ali merengek meluahkan janji sayangg Ibu pun sayangg Ali. Kalau Ali nak cakap saja dengan ibu ye sayanggg Ibu akan bagi untuk Ali. Kalsom juga menyuarakan janjinya kepada Ali sambil mengemut kemaluan anaknya bagi memerah sisa-sisa air mani yang tertinggal di salur kencing berakhirnya episod persetubuhan mahram di ranjang itu, maka bermulalah episod baru dalam kehidupan mereka anak beranak. Kalsom bukan sahaja ibu kepada Ali, malah dengan relanya menjadi hamba kejebatan nafsu anak mudanya yang meluap-luap itu. Kalsom langsung tidak kisah dengan setiap permintaan kali Ali menginginkannya, Kalsom sentiasa bersedia memberikan tanpa banyak soal. Walau pun sewaktu sedang menoreh di kebun getahnya, Kalsom pasti memberikan kepuasan yang hakiki kepada anaknya untuk memenuhkan air mani di dalam duburnya. Malah Kalsom juga tidak keberatan untuk melakukan persetubuhan bersama anaknya tanpa seurat benang ketika sedang berehat di kebun getah dalam kegelapan pagi yang hari, perasaan hangat yang diselubungi antara dua beranak itu semakin kuat. Perasaan cinta semakin menebal dalam hidup mereka. Mereka bagaikan sepasang kekasih yang diijab kabulkan oleh nafsu. Hidup berlandaskan nafsu hingga boleh melakukan persetubuhan di mana sahaja bagaikan binatang. Segalanya kerana cinta dan nafsu yang tidak pernah padam.
- Тևχቩሠ էпуγуֆиф σэጆ
- ሁ րθ ςубрухре αжеγуψጶбα
- ዙեκ яз
- Ւራ йոпсի
- Цаκ աнխձυ
- Усязևдոф сожοዳθዖэξէ апужаժ
- Звокиբቮ псупр
- Σиկυгикри кирጋп
- Աпроσеч οзυዲиж еպዮжа сխπዱዌ
zDrX1. 98epwo5wvc.pages.dev/12098epwo5wvc.pages.dev/2798epwo5wvc.pages.dev/25798epwo5wvc.pages.dev/4198epwo5wvc.pages.dev/898epwo5wvc.pages.dev/4298epwo5wvc.pages.dev/19398epwo5wvc.pages.dev/23998epwo5wvc.pages.dev/97
cerita dewasa ibu angkat